Media tanam merupakan tempat untuk penyebaran akar yang
berfungsi untuk penyangga tanaman agar dapat berdiri tegak dan tempat untuk
penyerapan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, maka media tanam harus
mendukung pertumbuhan dan kehidupan tanaman. Oleh karena itu media tanaman
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Dapat menopang tanaman agar dapat tegak.
2. Mempunyai drainase dan aerase yang baik.
3. Kaya bahan organik.
4. Kemasaman tanah (pH) berkisar antara 5,6-6,8
5. Mampu menyediakan unsur hara tersedia bagi tanaman
6. Mampu menjaga kelembaban disekitar akar.
5. Memiliki tekstur remah
Di indonesia, luas lahan tanah gambut cukup besar dan
sangat potensial dikembangkan dalam pengembangan pertanian. Tanah gambut
terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang telah mati dan terdapat pada
tempat yang selalu tergenang air sehingga gambut merupakan tanah yang
berkadar bahan organik tinggi hanya saja unsur hara yang dibutuhkan belum
terurai sehingga sulit dimanfaatkan tanaman.
Tanah gambut secara umum dalam ilmu tanah disebut tanah
organosol atau histosol yaitu tanah yang memiliki lapisan bahan organik dengan
berat jenis (BD) dalam keadaan lembab. Gambut
diklasifikasikan lagi berdasarkan berbagai sudut pandang yang berbeda; dari
tingkat kematangan, kedalaman, kesuburan dan posisi pembentukannya. Berdasarkan
tingkat kematangannya, gambut dibedakan menjadi:
- Gambut saprik (matang) adalah gambut yang sudah melapuk lanjut dan bahan asalnya tidak dikenali, berwarna coklat tua sampai hitam, dan bila diremas kandungan seratnya < 15%.
- Gambut hemik (setengah matang) (Gambar 2, bawah) adalah gambut setengah lapuk, sebagian bahan asalnya masih bisa dikenali, berwarma coklat, dan bila diremas bahan seratnya 15 – 75%.
- Gambut fibrik (mentah) (Gambar 2, atas) adalah gambut yang belum melapuk, bahan asalnya masih bisa dikenali, berwarna coklat, dan bila diremas >75% seratnya masih tersisa.
Berdasarkan tingkat kesuburannya,
gambut dibedakan menjadi:
- Gambut eutrofik adalah gambut yang subur yang kaya akan bahan mineral dan basa-basa serta unsur hara lainnya. Gambut yang relative subur biasanya adalah gambut yang tipis dan dipengaruhi oleh sedimen sungai atau laut.
- Gambut mesotrofik adalah gambut yang agak subur karena memiliki kandungan mineral dan basa-basa sedang.
- Gambut oligotrofik adalah gambut yang tidak subur karena miskin mineral dan basa-basa. Bagian kubah gambut dan gambut tebal yang jauh dari pengaruh lumpur sungai biasanya tergolong gambut oligotrofik Gambut di Indonesia sebagian besar tergolong gambut mesotrofik dan oligotrofik
- Gambut eutrofik di Indonesia hanya sedikit dan umumnya tersebar di daerah pantai dan di sepanjang jalur aliran sungai.
Tingkat kesuburan gambut ditentukan
oleh kandungan bahan mineral dan basa-basa, bahan substratum/dasar gambut dan
ketebalan lapisan gambut. Gambut di Sumatra relatif lebih subur dibandingkan
dengan gambut di Kalimantan.
Berdasarkan lingkungan pembentukannya,
gambut dibedakan atas:
- Gambut ombrogen yaitu gambut yang terbentuk pada lingkungan yang hanya dipengaruhi oleh air hujan
- Gambut topogen yaitu gambut yang terbentuk di lingkungan yang mendapat pengayaan air pasang. Dengan demikian gambut topogen akan lebih kaya mineral dan lebih subur dibandingkan dengan gambut ombrogen.
Berdasarkan kedalamannya gambut
dibedakan menjadi:
- Gambut dangkal (50 – 100 cm),
- Gambut sedang (100 – 200 cm),
- Gambut dalam (200 – 300 cm), dan
- Gambut sangat dalam (> 300 cm)
Berdasarkan proses dan lokasi pembentukannya,
gambut dibagi menjadi:
- Gambut pantai adalah gambut yang terbentuk dekat pantai laut dan mendapat pengayaan mineral dari air laut
- Gambut pedalaman adalah gambut yang terbentuk di daerah yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut air laut tetapi hanya oleh air hujan
- Gambut transisi adalah gambut yang terbentuk di antara kedua wilayah tersebut, yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh air pasang laut.
Gambut merupakan salah satu jenis tanah dengan luas lahan
yang cukup besar dan sangat potensial dikembangkan dalam kegiatan pertanian
hortikultura. Gambut memiliki potensi kandungan bahan organik tinggi dan
kemampuan menyerap air tinggi yaitu 13 kali dari beratnya. Namun, permasalahan
pengembangan pertanian di tanah gambut menjadi kendala utama dalam pengembangan
pertanian hortikultura. Kendala pertanian pada tanah gambut sesungguhnya disebabkan
oleh drainaise jelek, kemasaman tinggi, tingkat kesuburan dan kerapatan lindak
rendah. Kemasaman gambut yang tinggi dan ketersediaan hara serta Kejenuhan
Basah (KB) rendah menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat
rendah. untuk itu perlu dilakukan upaya yang dapat meningkatkan kesuburan tanah pada tanah gambut. cara yang dapat dilakukan yaitu :
1. Pengelolaan air
Budidaya tanaman pangan di lahan gambut
harus menerapkan teknologi pengelolaan air, yang disesuaikan dengan
karakteristik gambut dan jenis tanaman. Pembuatan saluran drainase mikro
sedalam 10 - 50 cm diperlukan untuk pertumbuhan berbagai jenis tanaman pangan
pada lahan gambut. Tanaman padi sawah pada lahan gambut hanya memerlukan parit
sedalam 10-30 cm. Fungsi drainase adalah untuk membuang kelebihan air,
menciptakan keadaan tidak jenuh untuk pernapasan akar tanaman, dan mencuci
sebagian asam-asam organik. Semakin pendek interval/jarak antar parit drainase
maka hasil tanaman semakin tinggi. Walaupun drainase penting untuk pertumbuhan
tanaman, namun semakin dalam saluran drainase akan semakin cepat laju subsiden
dan dekomposisi gambut
2. Pengelolaan kesuburan
tanah
Tanah gambut bereaksi masam. Dengan
demikian diperlukan upaya ameliorasi untuk meningkatkan pH sehingga memperbaiki
media perakaran tanaman. Kapur, tanah mineral, pupuk kandang dan abu sisa
pembakaran dapat diberikan sebagai bahan amelioran untuk meningkatkan pH dan
basa-basa tanah. Tidak seperti tanah mineral, pH tanah gambut cukup
ditingkatkan sampai pH 5 saja karena gambut tidak memiliki potensi Al yang
beracun. Peningkatan pH sampai tidak lebih dari 5 dapat memperlambat laju
dekomposisi gambut. Pengaruh buruk asam-asam organik beracun juga dapat
dikurangi dengan menambahkan bahan-bahan amelioran yang banyak mengandung
kation polivalen seperti terak baja, tanah mineral laterit atau lumpur sungai.
Keterangan: Bebarapa amelioran dapat menggantikan fungsi
amelioran lainnya. Misalnya, dengan pemberian kapur, pemberian abu dapat
dikurangi dan sebaliknya.
Jenis Amelioran
|
Dosis
(ton Ha-1 tahun 1)
|
Manfaat
|
Kapur Pertanian
|
1-2
|
Meningkatkan
basa-basa dan pH tanah
|
Pupuk Kandang
|
5-10
|
Memperkaya
unsur hara makro dan mikro
|
Abu
|
10-20
|
Meningkatka
basa-basa dan pH tanah
|
Pupuk Kompos
|
10-15
|
Memperkaya
unsur hara makro dan mikro
|
Limbah Biogas
|
10-20
|
Mengurangi
fitotoksik asam organik
Meningkatkan
basa-basa dan
Memperkaya
hara
|
Tanah Mineral
|
10-20
|
Mengurangi
fitotoksik asam organik
Meningkatkan
basa-basa
Meningkatkan
kadar hara makro dan mikro
|
Pemupukan sangat dibutuhkan
karena kandungan hara gambut sangat rendah. Jenis pupuk yang diperlukan adalah
yang mengandung N, P, K, Ca dan Mg. Walaupun KTK gambut tinggi, namun daya
pegangnya rendah terhadap kation yang dapat dipertukarkan sehingga pemupukan
harus dilakukan beberapa kali (split application) dengan dosis rendah agar hara tidak
banyak tercuci. Penggunaan pupuk yang tersedianya lambat seperti fosfat alam
akan lebih baik dibandingkan dengan SP36, karena akan lebih efisien, harganya
murah dan dapat meningkatkan pH tanah
Penambahan kation polivalen seperti Fe dan
Al akan menciptakan tapak jerapan bagi ion fosfat sehingga bisa mengurangi
kehilangan hara P melalui pencucian. Tanah gambut juga kahat unsur mikro karena
dikhelat (diikat) oleh bahan organik. Oleh karenanya diperlukan pemupukan unsur
mikro seperti terusi, magnesium sulfat dan seng sulfat masing-masing 15 kg ha-1
tahun-1, mangan sulfat 7 kg ha-1 tahun-1, sodium molibdat dan borax
masing-masing 0,5 kg ha-1 tahun-1. Kekurangan unsur mikro dapat menyebabkan
kehampaan pada tanaman padi, tongkol kosong pada jagung atau polong hampa pada
kacang tanah.
Sekian dulu yea,, semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar