Minggu, 11 Agustus 2013

TEKNIK APLIKASI PESTISIDA

Latar Belakang 
Pestisida diartikan sebagai obat atau racun yang terbuat dari bahan-bahan atau zat-zat yang telah diformulasikan dalam bentuk beranekaragam yang dapat membunuh atau mengurangi kerugian secara ekonomis pada tanaman budidaya akibat serangan organisme pengganggu tanaman yang meliputi hama, penyakit dan gulma. Formulasi bahan-bahan pestisida yang beredar dipasar digolongkan berdasarkan kemampuan suatu bahan atau zat-zat aktif yang terkandung didalamnya dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman yang digolongkan kedalam 5 golongan, yaitu : 
1. Herbisida merupakan kelompok pestisida yang khusus mengandung bahan atau zat-zat yang mampu mengendalikan gulma baik itu gulma rerumputan, teki-tekian, kayu-kayuan, berdaun lebar, dan berdaun sempit 
2. Fungisida merupakan kelompok pestisida yang berfungsi untuk mengendalikan serangan jamur dan cendawan penyebab penyakit pada tanaman budidaya 
3. Nematisida adalah pestisida yang berfungsi mengendalikan serangan hama dari golongan cacing, ulat dan nematoda. 
4. Insektisida merupakan pestisida yang diaplikasikan untuk mengendalikan hama dari golongan insekta seperti semut, serangga, lalat, lebah dll 
5. Rodentisida untuk mengendalikan hama tikus. 
Bentuk formulasi pestisida pada garis besarnya ada 3 macam yang pertama bentuk formulasi cair pekat yang dilambangkan dikemasan dengan huruf “ EC”. Kedua, butiran (granula) dengan lambang huruf “G” dan yang ketiga bentuk tepung (wartabke powder yang biasanya di lambangkan pada kemasan produk pestisida dengan huruf “W atau WP”. Cara mengaplikasikannya dari setiap bentuk formulasi berbeda namun dapat juga melalui penyemprotan (aplikasi yang paling banyak digunakan) seperti dengan pengenceran. 
Adapun cara mengaplikasikan pestisida kelapangan dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut :
1. Penyemprotan 
2. Injeksi 
3. Fumigasi 
4. Dusting 
5. Penaburan Namun pada prinsipnya, 
apapun cara aplikasinya tetap tujuannya adalah untuk mengendalikan OPT yang harus memeprhatikan penggunaan dosis, jenis OPT yang akan dikendalikan, jenis pestisida yang akan dipakai, kapan waktu pengaplikasiannya, dan cara aplikasi yang akan dipakai juga musti tepat atau yang dikenal dengan istilah 5 T (tepat dosis, tepat jenis pestisida, tepat waktu, tepat cara aplikasi dan tepat OPT yang akan dikendalikan). Pengertian Pestisida 
Pestisida adalah semua bahan yang dapat mempengaruhi kehidupan organisme kehidupan mikroorganisme, atau pestisida adalah semua bahanbahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, temak dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Pada dasamya pestisida yang beredar telah daJam bentuk formulasi yaitu campuran antara bahan aktif dengan bahan tambahan. Penambahan bahan tambahan tersebut berguna untuk memudahkan aplikasi, menambah efektifitas, menambah efisiensi dan keamanan dalam aplikasi. Pestisida dapat dikelompokkan berdasarkan jenis sasaran, bentuk fisik, bentuk formulasi, cara kerjanya, cara masuk, golongan senyawa, dan asal (bahan aktif). 
Bentuk dan Macam Pestisida 
Berdasarkan jenis sasaran Berdasarkan jenis sasaran, pestisida dapat dikelompokkan menjadi: 
1. Insektisida : sasaran dan jenis serangga 
2. Akansida 
3. Fungisida 
4. Nematisida 
5. Baktensida 
6. Moluskisida 
7. Termisida 
8. Herbisida 
9. Rodentisida : sasaran dari jenis hewan pengerat 
10. Piscisida : sasaran dan jenis ikan liar 
Disamping itu terdapat juga istilah lain yang dapat digabungkan dengan salah satu jenis pestisida di atas seperti jenis Larvisida yang merujuk pada pestisida untuk pengendalian larva yang sebenamya dapat dimasukkan kekelompok insektisida. Demikian juga dengan Termitisida yang merupakan juga Insektisida. 
Berdasarkan bentuk fisik Berdasarkan bentuk fisiknya pestisida dapat berupa: 
1. cair 
2. padat 
3. aerosol 
Kalau memperhatikan bentuk fisik pestisida maka dua bentuk fisik yang paling ban yak terdapat di pasaran yaitu bentuk cair dan padat. 
Berdasarkan bentuk formulasi Berdasarkan bentuk formulasi, pestisida dikelompokkan menjadi : 
1. Butiran (G/granul), biasanya pestisida dengan formulasi bentuk ini dapat langsung diaplikasikan tanpa harus diiarutkan terlebih dahulu. 
2. Powder (tepung), biasanya harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum diaplikasikan. Formulasi bentuk ini membentuk sediaan pestisida berupa suspensi. sehingga sangat diperlukan pengadukan yang terus menerus karena sifat sediaan ini dapat mengendap dan dapat merusak alat aplikasi atau terjadinya penyumbatan pada noze/. Beberapa kode formulasi pestisida yang sejenis artinya akan menjadi suspensi jika diencerkan dengan air adalah SC, F. dan lain-lain. 
3. EC (Emulsifiable I emulsible concentrates). Pestisida dengan formulasi berbentuk EC ini akan membentuk emulsi (seperti susu) pada larutan semprot. Larutan jadi ini tidak memerlukan pengadukan yang terus menerus. Pada umumnya insektisida memiliki formulasi bentuk EC. 
4. AS. Pestisida dengan formulasi ini akan membentuk larutan yang homogen setelah dicampurkan dengan air. Biasanya pestisida dengan bentuk formulasi ini adalah dari golongan herbisida. Beberapa kode formulasi lain yang akan menjadi larutan jikadiencerkan dengan air adalah SP, L, WSC, dan lain-lain 
5. Beberapa kode formulasi lain yang tidak perlu penambahan air dan dapat diaplasikan lang sung di lapangan seperti baitlumpan atau pelet. 
Bedasarkan Cara Kerja Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dikelompokkan menjadi: 
1. Kelompok IGR, mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan 
2. Racun syaraf, biasanya mengganggu fungsi syaraf sehingga kematian yang cepat dapat terjadi. Umumnya insektisida yang beredar di pasaran sekarang ini pada umumnya adalah insektisida yang bekerja sebagai racun syaraf seperti golongan organofosfat, karbamat, dan piretroid. 
3. Mempengaruhi fungsi enzim.
4. Mempengaruhi tingkah laku,dan lain-lain. 
Berdasarkan cara masuk 
Berdasarkan cara masuk, pestisida dikelompokkan: 
1. Racun kontak, artinya pestisida daJam hal ini senyawa bahan aktif masuk melalui kontak atau masuk ke tubuh serangga melalui dinding tubuh atau kutikula. 
2. Racun perut, artinya senyawa bahan aktif masuk ke dalam tubuh serangga melalui proses makan (mulut) dan masuk ke tubuh melalui pencemaan. 
3. Racun sistemik, senyawa bahan aktif terserap oleh tanaman lalu ditransportasikan ke seluruh jaringan tanaman. 
4. Fumigan, artinya senyawa bahan aktif masuk ke dalam tubuh sasaran melalui sistem pemapasan. 
Berdasarkan asal bahan aktif Berdasarkan asal bahan aktif, pestisida dapat digolongkan menjadi: 
1. Sintetik 
a. Anorganik : garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat dan garam merkuri.
b. Organik
c. Organo khlorin : DDT, SHC, endrin, dieldrin, dll.
d. Heterosiklik : Kepone, mirex , dU.
e. Organofosfat : klorpirifos, prefonofos, dll.
f. Karbamat : earbofuran, SPMC, dU. Dinitrofenol : Dinex, dU.
g. Thiosianat
h. Lain-lain 
2. Hasil alam (biopestisida)
a. Nikotinoida.
b. Piretroida.
c. Rotenoida dU. 
d. Penggunaan pestisida ini sangat luas dalam kehidupan sehari-hari. 
Pestisida dapat digunakan di lapangan seperti pada sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Di gudang seperti pada komoditi pangan, makanan, arsip, maupun toko. Selain itu penggunaan pestisida juga dapat ditemukan pada tempat-tempat umum seperti hotel, restoran, taman, juga dalam rumah tangga. Apiikasi pestisida ditingkat petani sering dilakukan secara berjadwal yang dikenal dengan sistem kalender dan sistem PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Dalam sistem kalender, waktu aplikasi pestisida sudah terjadwal, tanpa melihat apakah populasi hama memang sudah pada tingkat merugikan sehingga diperlukan aplikasi atau masih di bawah ambang ekonomi. Dengan kata lain ada atau tidak ada hama aplikasi tetap dilakukan. Sedangkan aplikasi dengan berlandaskan sistem PHT, aplikasi pestisida dilakukan hanya bila memang terpaksa dilakukan. Pada sistem PHT, monitoring atau pengamatan populasi hama sangat berperan dalam hal menentukan ambang ekonomi untuk pengambilan keputusan dilakukannya pengendalian secara kimiawi.
Prinsip Aplikasi Pestisida 
Dalam aplikasi pestisida ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu: 
1. Aplikasi pestisida haruslah efisien artinya sesuai dengan kebutuhan. 
2. Efektif artinya apfikasi pestisida haruslah tepat sasaran. Keefektifan ini dapat diketahui dengan evaluasi melalui pengamatan setelah aplikasi. Aplikasi berhasil jika populasi OPT menurun setelah dilakukannya aplikasi pestisida. 
3. Aman, aplikasi haruslah aman balk bagi pelaku/operator maupun bagi lingkungan. Keamanan ini dapat dilihat atau ditentukan dari cara aplikasi. Efikasi pestisida dilakukan untuk melihat keampuhan suatu produk, biasanya pengujian ini dilakukan terhadap produk pestisida yang akan dijual ke pasaran. 
Penentuan Keampuahan Pestisida
Penentuan keampuhan suatu produk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 
1. Intrinsik Faktor intrinsik yaitu faktor yang berasal dari dalam produk itu sendiri seperti senyawa, OPT sasaran, dosis, konsentrasi, dan formulasi. 
2. Aplikasi Faktor aplikasi diantaranya alat aplikasi, waktu aplikasi, cara aplikasi, cara pencampuran, dan cara penyimpanan. 
3. Ekstrinsik Faktor ekstrinsik diantaranya sinar matahari, suhu, hujan, dan angin. 
Pengelolaan Pestisida dalam PHT dan Perencanaan hingga Evaluasi
Pengelolaan Pestisida Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pengelolaan pestisida pada pengendalian hama terpadu yaitu: 
1. Tahap Perencanaan Pada perencanaan hal-hal yang harus dipematikan sebelum memutuskan tindakan pengendalian secara kimiawi diantaranya: a. Ambang ekonomi yaitu apakah populasi hama atau kerusakan sudah sampai titik merugikansecara ekonomi sehingga harus dilakukan pengendalian. b. Sasaran yaitu Jenis OPT apa yang akan dikendalikan c. Musuh alami yaitu apakah populasi musuh alami masih berperan aktif dalam pengendalian atau sudah tidak mampu lagi menekan populasi hama sehingga pengendalian kimiawi harus dilakukan. d. Cara Kerja yaitu apakah pestisida yang digunakan itu harus yang bersifat sistemik atau bersifat kontak, ini tergantung dan habitat hama dan perilaku makan. Hama yang hidup dalam jaringan tanaman sebaiknya menggunakan insektisida yang bersifat sistemik. 
2. Tahap Persiapan Pada tahap ini yang harus diperhatikan adalah: a. penyimpanan b. penentuan dosis dan konsentrasi yang sesuai c. alat aplikasi d. pakaian pelindung e. kondisi kesehatan f. lingkungan Memperhatikan tahap persiapan ini akan sangat membantu dalam keamanan dalam aplikasi Kelengkapan pakaian pelindung harus disiapkan sehingga jika diperlukan pakaian pelindung tersebut telah siap tersedia. Pakaian pelindung yang minimal harus disediakan adalah masker, kaca mata, dan topi. 
3. Tahap Aplikasi Pada tahap ini hal-hal yang harus diperhatikan adalah : 
A. Teknik aplikasi, bagaimana aplikasi pestisida akan dilakukan, apakah melalui penyemprotan, penaburan, pengabutan, infus, atau fumigasi. 
B. Waktu aplikasi, Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan waktu aplikasi yaitu: a. Tahap perkembangan sasaran; apakah hama sasaran berada pada tahap/fase merusak . b. Tahap pertumbuhan tanaman; ada fase tanaman yang sangan rentan terhadap suatu hama. Apabila terjadi serangan pada saat tersebut akan menyebabkan kerugian . c. Tahap perkembangan musuh alami; apakah musuh alami berada pada tahap yang dapat membantu menekan populasi hama. 
C. Tingkat kerusakan 
D. Cuaca 
E. Organisme bukan sasaran 
F. Interval sebelum panen; ada beberapa komoditas tertentu yang mengharuskan aplikasi dihentikan menjelang dilakukannya pemanenan. 
4. Peliputan 
5. Ukuran 
6. Distribusi 
7. Volume semprot yang akan digunakan. 
8. Evaluasi Dalam hal evaluasi, evaluasi keberhasilan apliksi dapat dilihat dan segi: a. Biologi b. Fisik, dan c.Lingkungan Tujuan
Ketepatan Aplikasi 
Secara garis besar ada dua tujuan dan aplikasi pestisida yaitu pencegahan (preventif) dimana aplikasi dilakukan sebelum terjadinya serangan hama, dan "pengobatan"!kuratif yaitu aplikasi dilakukan setelah terjadinya serangan hama. Sedangakan ketepatan suatu aplikasi dapat dilihat dari : 
1. Identifikasi sasaran ( serangga, patogen, gulma) 
2. Jenis Pestisida (insektisida, fungisida, herbisida, dll) 
3. Dosis/konsentrasi (kebutuhan pestisida) 
4. Waktu Aplikasi (cuaca, sinar matahari) 
5. Cara Aplikasi (alat aplikasi dan keamanan) 
Dosis dan Konsentrasi 
1. Pengertian dosis dan konsentrasi Dosis (dosage), adalah banyaknya (volume) racun (bahan aktif, walaupun dalam praktek yang dimaksud adalah product formulation yang diaplikasikan pada suatu satuan luas atau volume, misalnya : 1 liter I ha luasan, 100 cc Im3 kayu dst. Oosis pestisida untuk suatu keperluan biasanya tetap, walaupun konsentrasi dapat berubah-ubah. Atau dosis adalah banyaknya racun (biasanya dinyatakan dalam berat, mg) yang diperlukan untuk masuk dalam tubuh organisme dan dapat mematikannya, misalnya lethal dose (LD) dinyatakan dalam mg/kg (mg bah an aktif per kg berat tubuh organisme sasaran). Konsentrasi, adalah perbandingan (persentase, precentage) antara bahan aktif dengan bahan pengencer, pelarut dan/atau pembawa. 
2. Arti penting dosis dan konsentarsi Setiap hama atau patogen penyakit memiliki ketahanan yang berbedabeda sehingga dalam aplikasi pestisida, dosis dan konsentrasi yang digunakan akan berbeda beda pula. 
3. Akibat kesalahan dosis dan konsentrasi Penggunaan dosis yang tidak tepat misalnya kurang dari dosis anjuran (dosis sub fetha~ tidak akan mematikan OPT, namun ada kemungkinan OPT akan membentuk sistem kekebalan terhadap jenis senyawa tersebut dan akan memicu terjadinya resistensi atau resurgensi. Perhitungan Kebutuhan Pestisida Kebutuhan pestisida untuk pengendalian OPT tergantung dari fase pertumbuhan tanaman atau volume semprot, luas tanaman, dan konsentrasi larutan pestisida yang direkomendasikan (yang biasanya tertera dalam kemasan). 
Berikut diberikan contoh perhitungan kebutuhan pestisida tersebut: Suatu pertanaman jagung seluas 5 ha memasuki pertumbuhan vegetatif cepat (umur 4 MST), untuk mencegah serangan bulai perlu disemprot dengan fungisida dengan volume semprot 3000 liter per hektar. Fungisida yang akan digunakan adalah Dithane-M45 dengan konsentrasi yang direkomendasikan adalah 2 g per liter dan kapasitas alat semprot 15 liter. Hitunglah kebutuhan fungisida untuk pertanaman jagung 5 hektar tersebut dan berapa kali pengisian alat semprot yang dibutuhkan untuk 5 hektar. 
 Diketahui: Volume semprot (V) = 3000 liter per hektar Konsentrasi (K) = 2 g/l air Kapasitas semprot = 15 liter 
Ditanya : 
1. hitung kebutuhan fungisida perhektar 
2. hitung kebutuhan fungisida jika luas lahan 5 hektar 
3. hitung berapa kali pengisian semprot jika luas lahan 5 hektar 
Jawab : 
1. Hitung kebutuhan fungisida per hektar dengan cara mengalikan konsentrasi (K) dengan volume semprot (V), yaitu: K x V = 2g/l x 3000 l/ha = 6000 g/ha Jadi pertanaman jagung membutuhkan 6000 g atau 6 kg fungisida per hektar. 
2. Untuk luas 5 ha, kalikan hasil yang diperoleh dari langkah pertama (6000 g/ha) dengan luas lahan: 6000 g/ha x 5 ha = 30.000 g atau 30 kg Jadi untuk pertanaman jagung 5 hektar diperlukan fungisida sebanyak 30 kg. 
3. jika kapasitas alat semprot 15 liter maka hasilnya diperoleh melalui pengkalian volume semprot dengan luas lahan (3000 l/ha x 5= 15.000l/ha). Setelah itu, bagi hasil perkalian dengan kapasitas semprot untuk mengetahui jumlah pengisian semprot untuk lahan 5 hektar. 15.000l/ha : 15 l = 1000 kali pengisian semprot
Teknik Aplikasi
Dalam aplikasi pestisida ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan diketahui yang dapat menentukan keberhasilan diantaranya: 
1. Strategi pengendalian 
2. Tipe pestis ida yang digunakan Dalam aplikasi terutama pemilihan jenis pestisida haruslah sesuai dengan sasarannya, baik dan jenis pestisidanya (insektisida, fungisida, baktensida, dll) maupun dan jenis hama atau patogen sasarannya. 
3. Habitat hama Pengetahuan mengenai habitat hama ini sangat dipenukan dalam aplikasi dalam hal ini cara penyemprotan. Ada hama-hama yang berada atau biasa hidup dibagian atas tanaman misalnya permukaan daun, namun ada juga hama yang biasanya hidup di bawah permukaan daun atau bahkan dekat pangkal tanaman. 
4. Tingkah laku hama. Ada beberapa hama memiliki penlaku tertentu seperti aktif pada malam, pagi atau sore han sedangkan pada siang han hama ini bersembunyi sehingga sulit ditemukan. Pengetahuan ini berguna untuk menentukan kapan dilakukan aplikasi. 
Metode Aplikasi 
1. Penyemprotan (spraying) Merupakan metode yang paling banyak digunakan. Biasanya digunakan 100-200 liter enceran insektisida perhektar. Paling banyak adalah 1000 liter/ha sedang paling kedl 1 liter/ha seperti dalam ULV. 
2. Penaburan, biasanya untuk pestisida yang siap pakai. 
3. Penuangan atau penyiraman (pour on) misalnya untuk membunuh sarang (koloni) semut, rayap, serangga tanah di persemaian dsb. 
4. Injeksi batang : dengan insektisida sistemik bagi hama batang, daun, penggerek 
5. Dipping: perendaman atau pencelupan seperti untuk biji atau benih, kayu. 
6. Fumigasi: penguapan, misalnya pada hama gudang atau hama kayu. 
7. Impregnasi : metode dengan tekanan (pressure) misalnya dalam pengawetan kayu. 
Alat dan Parameter Aplikasi 
Alat aplikasi sangat bervariasi yang tergantung pada : 
1. Tipe alat 
2. Sumber tenaga Satu hal yang penting untuk dilakukan adalah pemeliharaan alat. Pemeliharaan tidak hanya akan membuat alat aplikasi tahan lama, tapi juga keakuratan dalam aplikasl akan lebih terjamin. 
Parameter dalam Aplikasi :
1. Peliputan 
2. Butiran semprot; butiran semprot yang terlalu kedl kurang baik pada saat aplikasi karena akan lebih banyak hilang karena angin. Begitu juga bila butiran semprot terlalu besar, akan teljadi kehilangan karena aliran. 
3. Volume semprot 
4. Distribusi semprot 
Evaluasi 
Ada beberapa parameter yang dapat menentukan keberhasilan dari aplikasi pestis ida diantaranya : 
1. Serangan OPT menurun, ini dapat dilihat dan menurunnya luas serangan, intensitas serangan, dan populasi
2. Tidak adanya kerusakan pada tanaman balk pada daun maupun pada buah. 
3. Keberadaan serangga penyerbuk dan musuh alami. Diharapkan aplikasi pestisida tidak menyebabkan menurunnya populasl serangga penyerbuk dan musuh alami. 
Pengaruh penggunaan pestisida secara bijaksana 
Penggunaan pestisida yang tidak tepat dan bijaksana dapat menimbulkan beberapa dampak seperti : 
1. Terjadinya resistensi, yaitu berkembangnya hama yang memiliki daya tahan yang tinggi terhadap suatu pestisida yang digunakan. 
2. Resurgensi, yaitu meningkatnya populasi hama setelah dilakukannya aplikasi pestisida. Ini terjadi karena kematian musuh alami akibat dari aplikasi pestisida. 
3. Ledakan hama sekunder, yaitu meningkatnya populasi hama yang semula bukan merupakan hama utama. Ini terjadi karena ketiadaan musuh alami akibat aplikasi pestisida. 
4. Kematian organisme bukan sa saran yang berguna seperti serangga penyerbuk dan musuh alami sehingga menyebabkan berkurangnya keragaman unsur hayati. 
5. Menyebabkan residu pada produk yang membahayakan konsumen. 
6. Mengganggu kesehatan manusia, dan 
7. Terjadinya pencemaran terhadap lingkungan. 
Sumber terjadinya Keracunan 
Ada beberapa sumber atau kegiatan yang menyebabkan keracunan : 
1. Pembuatan sediaan pestisida 
2. Jumlah pestisida 
3. Jenis air 
4. Cara pencampuran 
5. Alat yang digunakan 
6. Waktu aplikasi 
7. Pakaian pelindung; biasanya petani tidak menggunakan pakaian pelindung khusus. 
Keracunan pestisida dapat melalui : 
a. Kulit. Merupakan keracunan yang paling umum terjadi karena biasanya bagian inl yang kurang dilindungi disamping bagian ini mempunyai luas permukaan yang lebih luas dibanding bagian tubuh lain. Kurangnya alat kelengkapan perlindungan diri merupakan penyebab keracunan yang melalui kulit. Seringkali dilihat bahwa seseorang yang sedang mengaplikasikan pestisida di lapangan hanya mengenakan kaos singlet dan celana pendek. ini sangat berbahaya karena hingga saat ini belum ada teknik yang sang at aman agar pestisida tidak mengenai tubuh pengguna. 
b. Pemapasan. Aplikasi pestisida yang bekerja secara fumigan merupakan bahaya yang sangat besar, namun demikian aplikasi dalam bentuk cairanpun tidak menutup kemungkinan akan tetap berbahaya. Tidak digunakannya masker akan sangat memungkinkan terjadinya keracunan lewan pemapasannya ini. 
c. Mulut. Mungkin secara sengaja sanga! jarang terjadi kecuali dalam kondisi tertentu. Namun demikian secara tidak sengaja atau boleh dikatakan akibat kelalaian atau kecerobohan hal inl sering kali terjadi. Pengadukan dengan tangan selain teljadi keracunan melalui kulit juga bisa sebagai penyebab keracunan lewat mulut. Seringkali dimana ketika seseorang sedang bekerja dengan pestisida melakukan aktivitas lain seperti makan, minum dan merokok. 
d. Mata. Penggunaan kaca mata sangat dianjurkan jika bekerja dengan pestisida karena bahaya akibat perubahan arah angin dan sebagainya sangat mungkin teljadi tiba-tiba dilapangan. 
Sebab terjadinya Keracunan 
1. Pengetahuan tentang pestisida yang minim. Ini seringkali terjadi karena masyarakat menilai bahwa pestisida adalah bahan biasa yang hanya dapat mematikan hama tanaman. Upaya yang sistematis agar mereka menyadari behwa pestisida adalah zat beracun yang sangat mematikan yang dapat mengenai dirinya dan juga orang lain. 
2. Kondisi kesehatan. Kadangkala kondisi lemah sangat mendorong terjadinya keracunan. Kondisi lemah memungkinkan seseorang akan kehilangan konsentrasi dalam bekerja sehingga jika berkerja dengan pestisida hal in; akan sangat berbahaya. Kondisi lemah juga akan sangat mendorong keracunan lebih parah jika seseorang terkena pestisida. 
3. Kecerobohan. Hal in; sering terjadi di masyarakat karena dapat disebabkan karena ketidaktahuan mereka atau karena mereka merasa sudah biasa dan tidak terjadi apa-apa pada saat terjadi suatu kecelakaan. Hendaknya tetap pestisida dipertakukan secara benar sesuai dengan sifat dan kegunaannya. 
4. Kecelakaan. Mungkin kasus yang lain sehingga perlu penanganan yang lebih cermat dan hendaknya dibawa ke dokter jika kecelakaan yang terjadi telah terkategori parah. 
Gejala-gejala Keracunan 
Adapun gejala-gejala keracunan adalah lesu dan lekas lelah, sakit kepala, pusing, perut mual, kejang-kejang, muntah-muntah, badan terasa gemetar, pandangan kabur, mengeluarkan air liur bertebihan, kesulitan bernapas, mata terasa gatal, diare, dan pingsan. Tentunya ini sangat tegantung dengan kondisi awal pengguna dan tingkat keracunan yang terjadi. 
Pertolongan Pertama Keracunan Pestisida 
Beberapa teknik pemberian pertolongan atau tips jika terjadi keracunan akibat pestlsida diantaranya : 
1. Jika pestisida tertelan, usahakan pemuntahan dan berikan karbon aktif (norit). Selanjutnya bawa ke dokter dan berikan informasi tentang terjadinya keracunan 
2. Jika pestisida terkena kulit, bersihkan sesegera mungkin bagian yang terkontaminasi dan gunakan sabun dan bilas berulang-ulang. 
3. Jika pestisida terkena mata, cuci segera mata pada air mengalir, tutup mata dengan kain bersih, jika masih terasa sakit, ke dokter. 
4. Jika pestisida lewat pemapasan, Jauhi sumber racun, Kendorkan pakaian untuk pemapasan, bila sudah tergolong gawat segera bawa ke dokter 

NB : Diolah dari berbagai sumber

Kamis, 02 Mei 2013

Meminimalisir efek residu kimia

< p style=" margin: 12px auto 6px auto; ont-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block;"> Menekan Penggunaan Dan Efek Residu Pupuk Kimia by Nurwansyah Caem

Proses Pengomposan _kompos Uir by Nurwansyah Caem

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK by Nurwansyah Caem

Minggu, 17 Februari 2013

Pemanfaatan Pupuk Organik dan Pembuatan

Pada era Globalisasi seperti saat sekarang ini, segala aspek kehidupan baik yang berinteraksi secara langsung maupun tidak, dituntut untuk memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan dan keberlangsungan aspek-aspek tesebut. Tidak terkecuali bidang pertanian yang dituntut untuk dapat melestarikan agroekosistem lingkungan. hal ini dikarenakan pertanian sebagai ujung tombak/garda paling depan dalam hal pengelolaan dan pelestarian agroekosistem.
perubahan cuaca dan iklim adalah fenomena yang sudah mulai terlihat dan berdampak terhadap keberlangsungan kehidupan. untuk itu, diperlukan suatu upaya nyata dalam memperbaiki agroekosistem, salah satu upaya yang mulai gencar digalakkan ialah melalui pertanian yang berkelanjutan dan memperhatikan aspek lingkungan dengan penerapan sistem pertanian organik.
keuntungan dan manfaat penerapan/aplikasi pertanian organik baik langsung mupun tidak langsung diantaranya yaitu :
  1. Menekan dan menghilangkan efek residu berbahayadan gas rumah kaca dalam tanah  maupun alam untuk mengeliatkan kembali siklus-siklus agroekosistem makro dan mikro
  2. Meningkatkan populasi mikroorganisme tanah, memperbaiki tingkat kesuburan tanah (memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah)
  3. Menekan pencemaran lingkungan dan penumpukan limbah organik baik dari rumah tangga maupun industri karena dapat dimanfaatkan melalui daur ulang untuk menghasilkan produ-produk ramah lingkungan dan sebagai sumber energi alternatif
  4. Penghematan biaya produksi, peningkatan mutu dan kualitas hidup masyarakat
  5. Menciptakan kehidupan sosial yang kreatif, aktif dan inovatif berkenaan dengan pelestarian lingkungan
  6.  Meningkatkan presentasi tumbuh tumbuh-tumbuhan dan organisme karena pupuk organik dapat menghasilkan zat-zat stimulus pertumbuhan dari hasil aktvitas mikrorganisme
 Dengan memperhatikan keuntungan dan manfaat penggunaan pupuk organik, sudah selayaknya pertanian sudah harus digodok, diasuh dan diasah serta dibina untuk menuju kepertanian organik. salah satu langkah yang efektif dalam melaksanakan dan menjalankan penerapan pertanian organik ialah melalui pendidikan dan pelatihan pemanfaatan dan pembuatan bahan organik atau lebih sering disebut sebagai sampah. namun, untuk mewujudkan dan menunggu hal itu terjadi, perlu waktu yang cukup lama. untuk itu, diharapkan partisipasi Sumber Daya Manuasia yang berkompeten dan mengerti tentang hal ini, sehingga maksud dan tujuan mulia ini dapat telaksana secepatnya untuk mengantisipasi maraknya produk-produk asing, melambungnya harga produk dalam negri akibat peningkatan biaya produksi pertanian dengan penerapan pertanian anorganik/kimia.
saya akan membagikan sedikit informasi dan pengetahuan saya tentang pemanfaatan bahan-bahan organik
seperti sisa bahan tanaman, sampah kota dan lain-lain yang berkenaan dengan pemanfaatan dan penggunaan pupuk organik
1. Pembuatan pupuk organik cair
 Alat dan Bahan : 

kord gitar


Lirik, Kunci gitar, Chords Gitar, Kord Gitar Dewa 19 - kangen [New Version] :
D Bm G A 4x



D         Bm

Ku terima suratmu

    G           A

tlah ku baca dan aku mengerti

D        Bm

Betapa merindunya

G       C                 Bm

dirimu akan hadirnya diriku

  F#m     G      Bm    C

Di dalam hari-harimu bersama lagi



D            Bm

Kau bertanya padaku

 G        A

kapan aku Akan kembali lagi

D          Bm

Katamu kau tak kuasa

G          C               Bm

melawan gejolak di dalam dada

    F#m     G         Bm

Yang membara menahan rasa

  F#m    G       Em

pertemuan kita nanti

 A

Saat kau ada di sisiku





[chorus]

D          F#m       G            

Semua kata rindumu semakin membuatku

A         Bm     F#m   G    Bm      A

Tak berdaya menahan rasa ingin jumpa

D          F#m      G             

Percayalah padaku akupun rindu kamu

A          Bm     A/C#           Em

Ku akan pulang melepas semua kerinduan

A

Yang terpendam



[intro] D Bm G A Bm F#m-G Bm-A



D            Bm

Kau tuliskan padaku

 G             A

Kata cinta yang manis dalam suratmu

D           Bm

Kau katakan padaku

 G         C                 Bm

Saat ini ku ingin hangat pelukmu

   F#m      G         Bm

Dan belai lembut kasihmu

  F#m       G       Em

Takkan ku lupa slamanya

 A

Saat kau ada di sisiku





ntro : Dm Bb F G

       Dm Bb F



Dm Bb     F

Separuh nafasku

  C       Dm

Terbang bersama dirimu

 Bb        F

Saat kau tinggalkanku

C

Salahkanku



  Dm   Bb

*Salahkan aku

 F    C

Bila ku bukanlah

  Dm      Bb    F

Seperti.. aku yang dahulu



 G

**Ada makna tergali

 Bb

 Dari sini

 G            Bb C

 Dari pertikaian yang terjadi



Reff :

F    C

Kau hancurkan diriku

Dm     Bb      F

Bila kau tinggalkan aku

A  Dm Bb

Kau dewiku



F  C

Kembalilah padaku

Dm   Bb     F

Bawa separuh nafasku

A  Dm  Bb

Kau dewiku



Interlude : Dm Bb F G

Balik ke : *, **, Reff

Balik ke : **, Reff

Em     Bm           Em     Bm   A     Em
Jangan katakan cinta menambah beban rasa
     Bm        F#m  G  
Sudah simpan saja sedihmu itu
  A
Ku akan datang

[interlude] D Bm A/C# F# Bm-A G A
           D Bm A/C# F# Bm-A G... A
[intro] Em Bm 2x



Em               Bm

aku sadar disaat semua menghilang

Em              Bm

betapa lama dirimu ku lupakan

Em              Bm

jiwa tak bisa lagi kurasakan

   A

apa diriku yang menyesal sudah kau tinggalkan



[intro] Em Bm 2x



Em           Bm

menangis karna kau tlah pergi

Em                Bm

terluka karna kau telah menjauh

Em               Bm

aku minta dengan sepenuh hati

     A

dengarkanlah aku memanggilmu ingin kau kembali



[chorus]

       Em     Bm                   Em

tak ada lagi selain dirimu yang aku cari

  Bm                      Em

cinta sejati yang slalu kau beri

  Bm            

ku hanya ingin ini tentang

A

dirimu dan diriku sampai mati

       Em     Bm                   Em

tak ada lagi selain dirimu yang aku cari

  Bm                      Em

cinta sejati yang slalu kau beri

  Bm            

ku hanya ingin ini tentang

A

dirimu dan diriku sampai aku mati



C        G        A

ku ingin kau percaya..

C           G       D

akan kuserahkan semua...



[interlude] Em Bm 3x A





[ending] C G A

        C G D Em
Chord Gitar dan Lirik Lagu Nineball Maaf Ku Harus Pergi :

[*]
     E                      B
Saat terhias, hidup ku bersama mu
     C#m                          A
Ku ingin tetap, menggenggam tanganmu
     E                        B
Tapi ku tahu, kita tak pernah satu
     C#m
Arti caramu, mencintaku
     A
Arti caraku mencintamu

Reff 1 :
  C#m A           E     B
Maaf, ku harus pergi, kini
      C#m  A         E    B
ku simpan, rasa di hati, ini

  C#m  A           E     B
Maaf, ‘kan pergi lagi, kini
      C#m    A           E    B
ku simpan, kenangan di hati, ini

Back to [*]

  C#m A           E     B
Maaf, ku harus pergi, kini
      C#m  A         E    B
ku simpan, rasa di hati, ini

  C#m  A           E     B
Maaf, ‘kan pergi lagi, kini
      C#m    A           E    B
ku simpan, kenangan di hati, ini

Interlude : C#m A C#m A C#m A B

  C#m A           E     B
Maaf, ku harus pergi, kini
      C#m  A         E    B
ku simpan, rasa di hati, ini

  C#m  A           E     B
Maaf, ‘kan pergi lagi, kini
      C#m    A           E    B
ku simpan, kenangan di hati, ini

  C#m A           E     B
Maaf, ku harus pergi, kini
      C#m  A         E    B
ku simpan, rasa di hati, ini

  C#m  A           E     B
Maaf, ‘kan pergi lagi, kini
      C#m    A           E    B
ku simpan, kenangan di hati, ini

(Maaf, aku harus pergi)
(Simpan dalam hati)
(Ku ‘kan pergi lagi)
Ku ‘kan pergi lagi…
Intro : C Am F G
         C Am F G

               C
Memang banyak yang bilang, aku tampan rupawan
                   Am
Bentuk tubuhku seksi kekar tegap berisi
                 F
Dengan tatapan tajam penuh percaya diri
            G
Bikin wanita tergila-gila mabuk kepayang

         C
Aku pandai bernyanyi apalagi menari
                         Am
Break dance, salsa, samba, lulus dengan sempurna
                      F
Di tambah gaya trendy, oh pria masa kini
       G
Akulah lelaki idola sejati

C
Tapi jangan bilang mama,
Am 
basic-chord.blogspot.com
Aku takut dia bisa marah-marah
F
Kalau tau aku ini adalah
           G
Boy band, boy band, boy band

                 C
Memang banyak yang bilang, aku tampan rupawan
                   Am
Bentuk tubuhku seksi kekar tegap berisi
               F
Dengan tatapan tajam penuh percaya diri
             G
Bikin wanita tergila-gila mabuk kepayang

             C
A a a a aku pandai bernyanyi apalagi menari
                         Am
Break dance, salsa, samba, lulus dengan sempurna
                     F
basic-chord.blogspot.com
Di tambah gaya trendy, oh pria masa kini
       G
Akulah lelaki idola sejati

C
Tapi jangan bilang mama (aku ini boy band)
Am
Aku takut nanti dia bisa marah-marah (aku memang boy band)
F
Kalau tau aku ini adalah
           G
Boy band, boy band, boy band

C
Tapi jangan bilang mama (aku ini boy band)
Am
Aku takut nanti dia bisa marah-marah (aku memang boy band)
F
Kalau tau aku ini adalah
          G
Boy band, boy band, boy band

Int : C
       C Bb C
       F Am F Am
       C G C F G

C
Tapi jangan bilang mama (aku ini boy band)
Am
Aku takut nanti dia bisa marah-marah (aku memang boy band)
F
Kalau tau aku ini adalah
          G
Boy band, boy band, boy band [2x]

     E     Am
Aku ini boy band, aku memang boy band
Am                                              Em
Uu aku memang, aku memang boy band

Sabtu, 12 Januari 2013

TANTANGAN dan TUNTUTAN KEHIDUPAN

By :
Nurwansyah

Terlalu banyak tantangan dan tuntutan kehidupan, semua berakhir karena ketiadaan perasaan dan pikiran, ketidak mampuan mengontrol emosi dan perkataan, kehilangan etika, norma dan moral. Kita harus memenuhi tantangan dan tuntutan, berjuang melawan ketiadaan perasaan dan pikiran, mengontrol emosi dan perkataan, memperbaiki etika, norma dan moral.
Solusi yang dapat dipilih dalam mengatasi permasalahan tantangan dan tuntutan kehidupan sangat-sangat beragam. Namun, tetap saja hanya berjalan dengan sifat sementara. Mulai dari pengajaran etika dan moral sejak dini dengan berbagai metode baik agama, seminar maupun slogan, pembatasan pergaulan misalnya. Pada kondisi dengan jangka waktu tertentu hal ini akan berjalan baik, namun ketika pribadi beranjak dewasa, hal ini akan  berhenti (kecendrungan yang umum terjadi).
Hal ini bukan karena pengawasan orang tua, tenaga pendidik, para pemerhati, tetapi karena kelemahan sistem filtrasi dan sortasi informasi, teknologi, kebudayaan, gaya hidup, tontonan yang dilakukan oleh orang tua, pemerintah, tenaga pendidik, pemerhati dan pihak-pihak yang berwenang. selama sistem filtrasi dan sortasi ini tidak dapat digalakkan dan diterapkan, degradasi dan stagnasi etika, moral pribadi akan terjadi dan semakin membahayakan.
"Jika saja pada saat ini, saya ambil contoh kasus tentang pergaulan bebas (seks bebas).
Berdasarkan hasil survey dan penelitian pada tahun 2010 diketahui bahwa 
tingkat usia berprilaku seks bebas tertinggi pada tingkat usia produktif (15-22 tahun) 
dengan tingkat presentasi jumlah wanita tidak perawan 80% 
dan paling tertinggi terjadi prilaku seks bebas dikalangan mahasiswa dengan presentasi 75% 
dan SMA 65%."
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan mengenai tantangan dan tuntutan kehidupan di ERA GLOBALISASI ini ialah :
1. Tingkat Pendidikan
2. Lingkungan
3. Keluarga
4. Kawan
5. Pengalaman
ke-5 hal tersebut saling memiliki keterkaitan satu sama lainnya dalam membentuk emosi, perasaan, perkataan, perbuatan yang menentukan etika, norma dan moral pribadi. Tantangan-tantangan pada era globalisasi sekarang ini, akan semakin terasa sulit dihadapi dalam mengontrol ke-5 hal tersebut agar tetap berada pada taraf wajar sesuai kebudayaan timur khas negara kita. Fakta yang terjadi adalah kecendrungan terjadinya degradasi dan stagnasi etika, norma dan moral.
Jika ini tidak segera diatas dan dapat diatasi, bayangkan seperti apa etika dan moral pribadi kita dan para generasi penerus selanjutnya hingga seterusnya. 
Contoh kasus 
ketika kita melihat PSK berkeliling dan bermukim baik secara gerombolan maupun perorangan menjajakan diri, bergonta-ganti pasangan tentu kita merasa risih, jijik dan marah serta menghina perbuatan meraka. Tetapi, pernahkah kita berpikir bahwa : kita (pacaran/bergaul) selalu mempraktekkan seks bebas dan gonta-ganti (pacar)? lalu, dimana letak perbedaan kita dengan PSK? hal ini yang tidak pernah kita sadari selama ini. Karena kita terbuai oleh kesenangan dan kenikmatan. 
Dalam hal ini, Pemerintah juga tidak memperhatikan dengan bijak, saya katakan demikian karena ada beberapa alasan mendasar yaitu :
1. Pemeritah menggalakkan hindari praktek-praktek seks bebas untuk menimalisir HIV/Aids tetapi dengan cara memberi solusi yang salah salah satunya yaitu menggunakan metode seminar tapi membagikan kondom kepada peserta seminar sebagai bingkisan
2. Beredarnya kondom secara terbuka dan dapat disaksikan oleh anak-anak dibawah umur melalui media elektronik, contohnya iklan kondom, pembahasan kondom dalam beberapa tayangan film dan acara-acara lainnya
3. adanya publik-publik figur yang menjadi sorotan utama dan menjadi selebritas dengan mengumbar seks (dalam arti luas).
Sebenarnya masih sangat beragam penyebab mengapa tantangan dan tuntutan kehidupan begitu beragam. Jika kita mengahayati dan memperhatikan, beberapa point tersebut sudah dapat memberikan suatu menggambarkan yang hampir sempurna tentang keadaan yang terjadi sekarang dalam kehidupan kita.

Saya berharap, tulisan ini bukan sekedar dibaca sebagai bahan referensi, tetapi sebagai media pembuka cakrawala dan pemikiran serta pandangan kita semua, untuk lebih selektif dan berhati-hati dalam menghadapi dan menjalankan kehidupan ini yang berorientasi pada masa depan yang jauh lebih baik, sebagai pribadi yang tentunya baik pula dalam aspek etika, norma dan moral.
"Pergaulan itu bukan tentang gaul atau kupernya kita. Gaul itu bukan mengikuti  apa yang diikuti kebanyakan orang atau sedang trend tetapi tentang bagaimana tetapi tentang bagaimana kita menjaga etika, norma dan moral dengan prinsip yang teguh"
 Trim's dan semoga bermanfaat........

Rabu, 09 Januari 2013

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

By :
Nurwansyah

A.  Secara Fisik Mekanik
Pembasmian hama dan penyakit secara fisik dapat dilakukan melalui:
1.     Pemangkasan lokal ; bagian tanaman yang terserang dipotong atau dipangkas, hasil pangkasan kemudian dikumpulkan di suatu tempat yang terbuka dan aman, lalu dilakukan pembakaran.
2.     Dicabut ; jika tanaman yang diserang dalam ukuran kecil (umur < 5 tahun atau bibit di persemaian) dan hampir semua bagian tanaman terserang maka tanaman tersebut di cabut sampai ke akarnya kemudian dikumpulkan di suatu tempat yang terbuka dan aman lalu di bakar.
3.     Ditebang ; jika intensitas serangan tinggi (hampir semua bagian tanaman diserang/>70 % bagian tanaman diserang) atau sudah sangat parah dan tanaman berumur lebih dari 5 tahun, maka dilakukan tebangan D2 penyakit. Prosedur penebangan mengikuti prosedur tebangan yang sudah ada.
4.     Dalam kegiatan pemangkasan dan penebangan harus memperhatikan aspek keselamatan kerja dengan mengacu pada prosedur kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang sudah ada.
5.     Penghalang isolasi adalah daya upaya yang dijalankan untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit tanaman berdasarkan peraturan perundang-undangan
6.     Pemberian abu kayu pada serangan rayap
7.     Perlakuan panas
Pembasmian hama dan penyakit secara mekanik dapat dilakukan melalui:
1.     Pengambilan menggunakan tangan. Dapat dilakukan pada jenis hama ulat dan belalang, dengan intensitas serangan hama dalam skala kecil.
2.     Penangkapan bersama-sama oleh banyak orang (gropyokan-Jawa) pada hama belalang.
3.     Pemasangan perangkap antara lain ;
a.   Penggunaan lampu perangkap (light trap) untuk hama penggerek batang pada fase kupu-kupu. Lampu perangkap ini dipasang pada saat malam hari, peralatan yang diperlukan berupa : kain putih 2 x 1,5 m, lampu bohlam/neon, dan nampan penampung air. Kupu/ngengat yang diperoleh kemudian dimusnahkan.
b. Penggunaan perangkap kertas warna (§colour trapping) untuk hama lalat putih. Warna kertas yang digunakan bisa berwarna kuning atau lainnya yang cerah. Kertas terlebih dahulu diberi lem perekat atau racun tikus atau ter agar hama terperangkap pada kertas tersebut.

B.  Penggunaan Pestisida
1.     Biopestisida/Pesticida organik
Penggunaan pestisida organik dapat berupa bakterisida atau insektisida yang disesuaikan dengan jenis hama dan penyakit dan sesuai dengan dosis yang dianjurkan (sesuai Lampiran buku petunjuk pengendalian hama dan penyakit). Beberapa contoh tanaman yang bisa digunakan sebagai pesticida misalnya daun mimbo, mahoni, gadung, tembakau, daun sirsak dan sebagainya. Atau jika dalam keadaan yang sangat memaksa bisa menggunakan pestisida kimia dengan catatan penggunaannya harus mengacu pada prosedur kerja Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang sudah ada. Contoh-contoh pestisida organik dan cara pembuatannya sesuai Lampiran 3.
2.     Pestisida kimia
Penggunaan pesticida kimia harus diminimalisir. Jika atas pertimbangan ekologi dan social terpaksa harus menggunakan pesticida kimia, maka pemilihan jenis pestisidanya harus yang tidak dilarang oleh FSC, WHO maupun peraturan perundangan yang lainnya serta menggunakan prosedur keamanan dan keselamatan sesuai dengan Lembar data keselamatan bahan masing-masing (lihat MSDS). Beberapa jenis pesticida kimia yang beredar di Indonesia terlampir (Lampiran 2). Penggunaan pestisida dalam pemberantasan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan beberapa cara :
a.       Dioleskan/bacok oles; cara ini digunakan untuk jenis pesticida sistemik, contoh untuk pemberantasan hama penggerek batang atau penggerek pucuk. Aplikasinya dengan membuat lubang pada batang dengan paku kemudian cairan insektisida dimasukkan ke lubang atau melukai kulit batang sampai dengan bagian luar kayu gubal (jaringan sebelah dalam jaringan kambium), kemudian insektisida dioleskan dengan kuas atau disemprotkan ke bekas bacokan. Selanjutnya insektisida akan diangkut melalui jaringan gubal ke bagian batang atas.
b.      Ditabur pada tanah atau di campur dengan media tanam atau media semai. Cara ini digunakan untuk jenis pestisida berwujud granular (kode G dalam kemasan).
c.       Disemprot langsung pada target hama/penyakit. Cara ini digunakan untuk jenis pestisida racun kontak atau racun lambung yang memiliki kode SC, WP, EC.
d.      Fumigasi; cara ini digunakan untuk jenis-jenis pestisida fumigan. Contohnya untuk memberantas oleng-oleng dalam fase larva. Caranya dengan memasukan insektisida fumigan pada lubang gerek kemudian lubang ditutup malam.
3.     Cara penggunaan bergantung jenis hama yang menyerang dan kondisi tanaman yang diserang.

C.  Musuh Alami
Penggunaan musuh alami dengan pengendalian biologis  yaitu penggunaan serangga atau bakteri dalam pengendalian hama secara innundative (pelepasan musuh alami secara berulang dengan jenis lokal) dan klasikal (pelepasan musuh alami secara tidak berulang dengan jenis eksotik). Musuh alami kita pilih musuh alami yang paling dekat dengan target hama, kita pilih yang terbatas/lebih sedikit sehingga tidak akan menyerang di luar target. Penggunaan musuh alami harus mengacu pada aturan penggunaan kontrol biologi.
Penciptaan musuh alami juga dibarengi dengan penciptaan habitat hidup bagi predator alami tersebut misalnya penanaman pohon atau tegakan sebagai tempat bersarang atau penghasil biji makanan predator. Secara umum prinsip penggunaan musuh alami tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem yang ada.

PENGELOLAAN PASCA PENGENDALIAN

A.  Pengumpulan Data Dan Informasi Kerusakan
Sebagai bahan evaluasi diperlukan pengumpulan data lebih lanjut terkait dengan jumlah pohon dan volume pohon per m³ serta analisa tingkat kerugiannya. Juga dilakukan pemetaan lokasi yang diserang dengan peta kerja skala 1 :10000.

B.  Sanitasi Lokasi Bekas Serangan Hama Dan Penyakit
Sanitasi lokasi bekas serangam dilakukan guna lebih menjamin bahwa pada lokasi tersebut sudah benar-benar bersih dari sumber dan faktor-faktor yang dapat menstimulasi berkembang kembali hama dan penyakit. Sanitasi dapat dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut :
1.      Pembakaran Tumbuhan Bawah
Pada proses pembakaran tumbuhan bawah diharuskan untuk membuat sekat bakar/ilaran api dengan menggunakan sekat bakar alami (menggunakan tanaman yang dapat menahan api)
2.      Pengolahan Tanah
a.       Pengolahan tanah harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
b.       Pengolahan tanah tetap mempertahankan kesuburan tanah
c.        Peralatan yang digunakan tidak merusak tanah
d.       Pembersihan areal dilakukan dengan tujuan mengurangi sumber hama.

C.  Rehabilitasi
Kegiatan rehabilitasi ditujukan untuk kembali memulihkan kondisi sumberdaya hutan seperti pada kondisi semula. Kegiatan rehabilitasi dilakukan dengan penggunaan bibit unggul, pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan arealnya, dan penggunaan jenis tanaman resisten dengan penjelasan sebagai berikut  :
1.      Pemilihan bibit yang sehat
Pemilihan bibit yang sehat sangat penting dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap HPT yang dicirikan dengan batang kuat, daun segar (hijau dan tidak berlubang), fisik tidak tampak adanya serangan bakteri patogen dan lain-lain.
2.      Pengolahan tanah
Pengolahan tanah bertujuan untuk menciptakan tingkat aerasi yang baik yang berguna bagi tanaman pokok dan menciptakan lingkungan yang tidak nyaman bagi hama dan penyakit. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan menambahkan pupuk sehingga kandungan humus akan meningkat. Dengan demikian kemampuan tanah untuk mengikat air menjadi tinggi dan tanah menjadi tidak mudah kering. Pengaturan drainase untuk menciptakan sistem tata air mikro yang dapat menciptakan drainase yang baik sehingga tingkat kelembaban pada kondisi yang tidak dapat atau menghambat tumbuh dan berkembangnya hama dan penyakit.
3.      Pemilihan jenis yang tepat
Jenis tanaman dengan sifat resisten terhadap serangan hama dan penyakit dapat diperoleh secara karakter alami atau dengan penerapan bioteknolgi berupa pemuliaan pohon. Setiap spesies atau varietas mempunyai mekanisme pertahanan terhadap hama dan penyakit yang berbeda. Pemilihan jenis yang resisten ini bukan bertujuan untuk menghilangkan hama sama sekali karena hama juga mempunyai mekanisme evolusi tersendiri untuk beradaptasi, tetapi minimal dapat menekan laju perkembangan hama dan penyakit.Pemilihan jenis yang tepat dapat dilakukan dengan pengamatan umum tegakan yang telah lama tumbuh di tempat (indigenous trees) dengan mempertimbangkan aspek lain tentu saja. Panaman jenis eksotis harus dicampur dengan jenis lokal guna meminimalisir dampak serangan hama dan penyakit.
4.      Pengaturan pola tanam dan jarak tanam
Pengaturan pola tanam terkait dengan hama dan penyakit ditujukan untuk menciptakan tingkat kelembaban tanah yang tidak terlalu tinggi. Pola tanam tumpangsari dapat mendukung berkembang biaknya hama dan penyakit jika tidak tepat dalam pemilihan jenisnya. Pengaturan pola tanam dan jarak tanam disesuaikan dengan jenis tanaman. Pengaturan jenis tumpangsari, perlu dipilih jenis tanaman tumpangsari yang tidak mensyaratkan penggenangan air/tanah dan selalu lembab. Apabila kondisi lahan cenderung lembab agar diupayakan penggantian jenis non jati yang toleran terhadap kelembaban tanah yang tinggi.

D.  Monitoring dan Evaluasi
Untuk mengetahui efektifitas dari upaya pemberantasan mendapatkan data pengamatan dari upaya penanggulangan yang dilakukan, dilakukan pengamatan periodik pada lokasi yang pernah terserang hama dan penyakit  dibuat plot pengamatan permanen yang terdiri atas berbagai perlakuan yang diterapkan
Monitoring dilakukan satu bulan sekali/penilaian kondisi tanaman dilakukan sebelum pembuatan maupun secara berkala setelah aplikasi perlakuan sangat penting dilakukan.




bagaimana pendapat anda mengenai blog ini?