Minggu, 11 Desember 2011

TANTANGAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA



Oleh :
Nurwansyah

Secara garis besar Menurut UU No 7 Tahun 1996 bahwa ketahanan pangan adalah suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap individu, pangan yang tersedia setiap waktu dan pangan yang mudah diperoleh. Terpenuhi pangan harus memenuhi beberapa persyaratan yakni : keamanan pangan, mutu pangan, Kuantitas  pangan dan tersebar secara merata. Dalam kata lain, Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yan cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air baik diolah maupun tidak yang diperuntukkan sebagai makanan/minuman untuk dikonsumsi manusia, termasuk : Bahan tambahan makanan, Bahan baku makanan, bahan lain dalam proses pengolahan, pembuatan makanan / minuman. Kondisi suatu wilayah atau Negara dikatakan sebagai wilayah atau Negara makmur dan maju apabila ketahanan pangannya MANTAP dengan mengacu kepada 3 pilar utama sebagai indikator. Ketiga pilar tersebut yakni :
      1. Ketersediaan Pangan (KP) yaitu : pangan yang tersedia disuatu wilayah berasal dari produksi lokal sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan pangan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni :
a.       Kebijakan Pemerintah
b.      Mutu dan luas lahan
c.       Cara/praktek pertanian
d.      SAPRODI
e.       Faktor lingkungan ( cuaca/iklim )
f.        Peranan Sosial dan
g.      Transportasi
       2.      Distribusi (akses) pangan yaitu : pasokan pangan merata keseluruh wilayah, harga stabil dan terjangkau secara bekelanjutan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a.       Jumlah dan mutu pangan
b.      Sarana dan Prasarana Transportasi
c.       Jarak antar wilayah, dan
d.      rantai distribusi  
       3.      Penggunaan / konsumsi yaitu :  rumah tangga mampu mengakses cukup pangan dan mengelola konsumsi sesuai kaedah gizi dan kesehatan yang dipengaruhi oleh :
a.       Pola makanan
b.      Distribusi dalam keluarga
c.       Jumlah keluarga
d.      Pangan yang tercecer/pangan hilang
e.       Keadaan kesehatan
f.        Sosial budaya
g.      Iklim/cuaca
h.      Akseptabilitas pangan
i.        Penampilan (warna, bau, rasa , bentuk)
j.        Pengaruh mass media (iklan dll)
k.      Status sosial
l.        Pengolahan pangan

Dengan kata lain, bahwa Negara yang makmur dan maju adalah Negara yang pangannya terpenuhi. Didalam UU No 32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa : Tugas utama pemerintah pusat terbatas pada mengatur kebijakan nasional dalam masalah pertanian dan ketahanan pangan, alokasi biaya dan fasilitasi sedangkan Pemerintah daerah menerapkan kebijakan nasional dan leluasa dalam menetapkan prioritas pembangunan masing-masing. UU No 32 Tahun 2004 semakin diperkuat dengan keluarnya peraturan pemerintah No 3 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa ketahanan pangan merupakan urusan wajib pemerintah. Ini semakin mempertegas pernyataan yang menyatakan bahwa ketahanan pangan merupakan parameter keadaan ekonomi suatu Negara.
Tantangan dan Hambatan Dalam Memenuhi Ketahanan Pangan
1. Kebijakan Pemerintah
            Kebijakan atau peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah akan mempengaruhi :
  1. Keberlangsungan Produksi Pangan
  2. Merangsang Produksi Pangan
  3. Pendapatan Rumah Tangga Petani Pangan
2. Iklim
Iklim yang tidak sesuai akan menyebabkan :
  1. waktu penanaman tanaman pangan terganggu
  2. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terganggu
  3.  Organisme pengganggu tanaman meningkat
  4. Keberlangsungan usaha tani khususnya tani pangan 
  5. Produksi pangan menurun
3. Bencana Alam


  





4. Saprodi
Sarana produksi akan mempengaruhi terpenuhi atau tidaknya ketahanan pangan yang ditentukan oleh :
  1. Tersedia atau tidaknya saprodi bagi usaha tani tanaman pangan
  2. Harga saprodi
  3. Keamanan saprodi
5. Manajement (Modal)
            Ada atau tidaknya usaha tani tanaman pangan tergantung pada kemudahan dalam memperoleh modal yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah.
6. Lahan
Menjadi tantangan tersendiri bagi petani tanaman pangan karena pada umumnya tantangan yang paling sulit untuk di hadapi oleh petani adalah masalah lahan yang disebabkan oleh :
  1. Tingkat Kesuburan tanah / Lahan
  2.  Alih Fungsi Lahan
  3.  Luas Lahan
7. Transportasi
  1. Transportasi yang mendukung atau tidaknya dapat dilihat dari beberapa aspek :
  2. 1.      Tersedia atau tidaknya sarana dan prasarana transportasi
  3. 2.      Cukup atau tidaknya jumlah sarana prasarana transportasi
  4. 3.      Kesesuaian sarana prasarana transportasi

Solusi Tantanga Dan Hambatan Dalam Memenuhi Ketahanan Pangan
Solusi terbaik dari masalah-masalah yang ada dalam memenuhi ketahanan pangan ialah kebijakan pemerintah yang berpihak kepada petani. kebijakan-kebijakan yang bepihak kepada para petani diantaranya ialah :
  1. Membatasi izin pengusahaan lahan-lahan subur untuk pemukiman, pertokoan, dan perkantoran serta pembukaan usaha perkebunan seperti kelapa sawit dan kehutanan
  2. Memberikan akses dan jaringan serta jaminan serta kemudahan kepada para petani dalam memperoleh modal dari pihak-pihak ketiga seperti perBANK kan
  3. Memperluas akses permodalan bagi para petani khususnya petani tanaman pangan seperti program PNPM mandiri yang diperuntukan khusus petani, dan lembaga-lembaga permodalan lain
  4. Penetapan standar harga minimum ditingkat petani yang stabil dan sesuai dengan kebutuhan saat itu
  5.  Pembangunan sarana dan prasaranan transportasi yang merata, berkualitas, tepat jumlah dan jenis
  6.  Menetapkan harga SAPRODI yang sesuai dengan harga jual hasil produksi tanaman pangan, bermutu, aman dan berkelanjutan. Jangan sampai harga benih, pupuk dll tidak seimbang dengan harga jual hasil produksi tanaman pangan
  7. Pembentukan dan pemberian penyuluhan pertanian serta menyiapkan tenaga penyuluh yang aktif untuk membina petani disuatu wilayah bukan petugas penyuluha yang Cuma duduk dikantor, dan hanya mau bertugas dikota saja
  8. Dan masih banyak solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah. Kan orang-orang yang duduk di pemerintahan buka orang bodoh-bodoh. Masak nyelesaiin masalah gini aja gak bisa.



The great country is GOOD agriculture aplications
Jaya terus Indonesia, maju dan makmurlah hidup mu wahai para pahlawanku (petani)




PENGELOLAAN LAHAN MARGINAL DALAM USAHA PENGEMBANGAN PERKEBUNAN



Oleh :
Nurwansyah
Lahan marginal adalah Lahan yang kehilangan kemampuan untuk mendukung kegiatan fisiologis tumbuhan yang terjadi akibat proses pembentukan, kerusakan alam atau akibat aktivitas manusia, yang membutuhkan perlakuan lebih untuk kegiatan ekonomi. Pada prinsipnya pengembangan usaha perkebunan dilakukan untuk mengembalikan kemampuan tanah dalam mendukung kegiatan fisiologis tanaman yang memerlukan perencanaan yang terprogram dan continue serta dukungan modal yang cukup besar. Namun permasalahan dalam pemanfaatan lahan marginal ini tidak cukup sampai disitu saja melainkan pada teknis pelaksanaan dan pemilihan program yang tepat sesuai dengan karakteristik lahan yang akan diusahakan. Salah satu contoh pengelolaan lahan marginal untuk perkebunan yang akan saya bahan pada posting kali ini ialah :
1. Areal Berlerang
Areal atau lahan dikatakan berlereng apabila tingkat kelerengan atau kemiringannya lebih dari 5 digit dan jumlah lahan yang memiliki kemiringan minimal ½ dari total luas areal/lahan yang ada. Pada areal berlerang pada umumnya dikatakan marginal karena tingkat terjadinya erosi sangat tinggi yang menyebabkan terjadinya leaching atau degradasi kesuburan tanah, penurunan permukaan tanah, degradasi lapisan tanah, dll. Erosi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
            

      Gambar 1. Faktor yang mempengaruhi erosi 
1. Manusia
Erosi terjadi disebabkan oleh manusia lebih dititik beratkan kepada aktivitas dalam memenuhi kebutuhan manusia baik pangan, sandang, papan, transportasi, dsb. Dengan adanya kegiatan manusia yang mengksploitasi lahan seperti pembukaan hutan untuk lahan pertanian, pembuatan jalan dan perumahan menjadikan suatau areal atau lahan menjadi kawasan yang terbuka dan ketika hujan turun Run Off (aliran permukaan) tidak tertahan sehingga terjadi erosi.
2. Iklim
Iklim yang mempengaruhi erosi yaitu curah hujan. Jika curah hujan dan intensitas hujan tinggi pada daerah-daerah yang berlereng akan terjadi erosi karena air yang datang lebih besar dari pada air yang masuk (infiltrasi rendah) dengan demikian aliran permukaan (run off) akan besar yang terus mengalir kedaerah yang lebih rendah dengan membawah bahan-bahan yang ikut mengalir terutama Bahan organik tanah, unsur hara dll.
3. Tofografi
Semakin tinggi tingkat kemiringan tanah maka tingkat erosi akan tinggi apalagi pada saat musim penghujan.
4. Vegetasi
Vegetasi berkayu atau pohon-pohonan tingkat mengurangi erosi lebih rendah dibandingkan dengan vegetasi tanaman rumput-rumputan.
5. Tanah  
Jenis tanah akan berpengaruh terhadap erosi yang berhubungan dengan kemampuan jenis tanah tersebut dalam menyerap dan menahan air. Pada tanah berpasir erosi yang terjadi akan tinggi karena sifat tanah pasir yang tidak mampu menahan dan menyerap air.
Program for corrective and improvement 
1. Water Manajement
Program ini bertujuan untuk managing flooding, acid Fosfat, reservoir for keep water. langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah :
  1.  Pembuatan teras bersambung. Ini bertujuan agar laju aliran permukaan dapat terhambat dan lapisan tanah yang ikut terbawa juga dapat tertahan pada teras berikutnya sehingga tidak langsung hilang.
  2. Pembuatan Side pit (lubang-lubang air). Lubang air ini dapat dibuat di pinggir-pinggir jalan, atau disela-sela tanaman dengan pola dan tata letak disesuaikan dengan kebutuhan. Side pit ini bertujuan untuk meningkatkan volume air yang masuk kedalam tanah sehingga aliran permukaan dapat dikurangi
  3. Pengaturan jarak tanam dan arah tanam sesuai kontur lereng. Semakin curam lerang lahan yang diusahakan jarak tanam harus diupayakan sedimikian rupa dengan jarak lebih rapat dan penanaman tanaman disesuai dengan rah lereng sehingga perakaran tanaman dapat menahan laju aliran permukaan
  4.  “U” shape front stocking (pengturan arah pelepah berbentuk huruf u) untuk perkebunan kelapa sawit
  5. Tapak kuda.
2.  Soil and Moisture Conservation
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah, menahan lapisan tanah dan menyediakan unsur hara. Langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu :
  1. Penanaman cover crop yang memiliki perakaran banyak seperti dari golongan LCC ( mucuna bracteata), akar wangi, pakis (nepiolephis bisserata). Selain berfungsi sebagai penahan erosi penamanam cover crop juga berfungsi untuk menyediakan unsur hara karena beberapa jenis tanaman seperti yang saya sebutkan diatas dapat memfiksasi unsur hara Makro primer tanpa merugikan tanaman utama
  2. Pemberian mulsa organik dengan pemanfaatan serasah, janjang kosong kelapa sawit dan tidak dianjurkan pemberian mulsa anorganik karena mulsa organik akan berdampak pada positif pada tanah dari pada pemberian mulsa anorganik.
3. Soil Fertilizer Conservation
Peningkatan kesuburan tanah perlu dilakukan karena pada umumnya tanah-tanah yang berlereng tingkat kesuburannya berbeda antara lereng dan lembah yang penerapannya juga memerlukan spesifikasi khusus antara lereng dan lembah. Pada daerah lereng aplikasi pemupukan dilakukan dengan cara saving (penanaman pupuk kedalam tanah) dan jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk yang tidak mudah larut sedangkan pada daerah lembah aplikasi pemupukan dilakukan dengan cara tabur dan jenis pupuk harus pupuk yang cepat larut.

2. Lahan Sulfat Masam
Lahan Sulfat Masam biasanya ditandai dengan kondisi lahan yang selalu tergenang atau jenuh air baik pada saat kemarau ataupun musim penghujan. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan atau hilangnya kemampuan tanah dalam memenuhi kebutuhan hidup tumbuhan yang tumbuh diatasnya. Kondisi ini diperparah dengan sifat tanahnya yang kurang baik, boleh dikatakan jelek jika diusahakan untuk kegiatan ekonomi seperti perkebunan. Selain produktifitas rendah, bahaya salinitasi, biaya investasi juga besar dan tidak cukup disitu saja, dengan kondisi lahan yang jenuh air diperlukan perlakuan-perlakuan khusus dengan mempertimbangkan beberapa hal : Pertama, bagaimana caranya air tetap tersedia sesuai kebutuhan tanaman perkebunan tapi yang tidak menimbulkan genangan. Kedua, apabila cara untuk mengatasi masalah pertama didapat tetapi tidak mengakibatkan terjadinya penurunan permukaan tanah. Ketiga, bagaimana cara menjaga agar tanaman tetap tegak dengan kondisi tanah yang bisa dikatakan lembek atau kerapatan tanah rendah dengan cara yang tidak  merusak tanah. dan masih banyak lagi pertimbangan-pertimbangan lainnya. Belum lagi jika ternyata pada lahan rawa tersebut terdapat lapisan gambut.  Entah laaaaaaa
Namun, ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengelolah lahan rawa atau berair yang tidak produktif menjadi lahan yang menguntungkan diantaranya yaitu :
1. Water Managing
Cara ini dilakukan melalui :
  1. Pembuatan parit-parit disetiap baris tanaman dengan ketentuan yang disesuaikan dengan ketinggian air yang diinginkan dari permukaan parit sehingga tidak terjadi penurunan permukaan tanah. parit dapat dibuat dengan beberapa skala yaitu 1:12, 1:8, 1:4 dan yang terakhir 1:2. Jika cara ini tidak memberikan efek terhadap penurunan penurunan permukaan air, perlu ditambahkan lubang-lubang air (side pit) pada setiap tanaman atau 1 side pit untuk 4 tanaman misalnya.
  2. Pembuatan BUND atau tanggul penahan air seperti tanggul begitulah kira-kira tetapi bund ini tidak terbuat dari beton seperti tanggul kebanyakan melainkan dari tanah yang ditumpuk sedemikian rupa sehingga membentuk gundukan sebagai penahan air untuk lahan sulfat masam dengan tipe luapan A dan B. untuk lahan sulfat masam dengan tipe luapan C dan D tidak perlu dilakukan pembuatan BUND cukup dengan pembuatan parit saja dengan ukuran disesuaikan agar lahan tidak kekurangan air (biasanya parit berukuran 1m x 1m)
  3. Pembangunan water gate (pintu air) untuk mengatur ketinggian air ideal pada lahan apabila kelebihan dan kekurangan air
2. Mounding (pembubunan) tanaman
Tujuannya agar tanaman tidak mudah tumbang, memicu pertumbuhan akar dan meninggikan tempat tanaman di tanam. Mounding dilakukan karena pada umumnya tanah sulfat masam akan mengalami penurunan permukaan akibat proses pelapukan bahan-bahan organik yang belum terurai saat kondisi tergenang.caranya yaitu : isi tanah kedalam karung goni dan tumpuk karung goni disekitar tanaman membentuk huruf O atau lingkaran dengan jarak disesuaikan dengan jenis tanaman perkebunan yang diusahakan kemudian didalam lingkaran tersebut di tutupi atau diisi dengan tanah setebal kurang lebih sampai batas leher akar (pangal batang)
3. Pemupukan
Upaya pemupukan dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah dan peningkatan pH tanah. usaha peningkatan pH tanah dapat dilakukan dengan pemupukan kapur pertanian, atau pupuk organik dengan dosis yang direkomendasikan. Pemupukan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara makro dan mikro dilakukan dengan pemberian pupuk dengan kandungan hara N, P, K, MG, dll dan diberikan melalui saving dengan jenis pupuk yang tidak mudah larut
4. Sarana Transportasi
  1. Pemilihan sarana transportasi harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Jika tanah tidak cukup padat dan kuat untuk sarana jalan darat maka sarana harus dialihkan ke sarana air seperti rakit.
  2. Pembuatan jalan rintis untuk pemanenan buah dan pengangkutan buat dari dalam kebun ke luar kebun
5. Pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan kesesuaian lahan bila ada pilih varietas tanaman yang khusu untuk lahan sulfat masam jika memang ada jika tidak apa boleh buat

Saya rasa cukup sekian dulu deh, info dari saya. Semoga ini bermanfaat untuk kita semua. Any times, I will continue this posting hehehe maaf baru mau belajar bahasa inggris


NOTE :
Diambil dari beberapa study yang diterapkan oleh perusahaan perkebunan di RIAU








Jumat, 25 November 2011

DAMPAK PENGEMBANGAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI LINGKUNGAN MASYARAKAT




Hutan Tanaman Industri merupakan salah satu cara pengelolaan hutan dan lahan-lahan kritis (rusak/marginal) dengan penerapan ilmu SILVIKA untuk meningkatkan produktivitas lahan atau hutan yang tidak produktif dengan tanaman-tanaman kayu sebagai bahan baku industri. Pengelolaan Hutan Tanaman Industri juga merupakan salah satu bagian dari pengelolaan lahan secara Agroforestry. Pengelolaan hutan tanaman industri atau lebih dikenal dengan HTI di Indonesia muncul berdasarkan beberapa prinsip yaitu :
  1.   Untuk memanfaatkan lahan-lahan kritis sehingga tidak terbengkalai dan kesuburan tanahnya dapat dikembalikah atau dipulihkan menjadi lahan yang produktif
  2.  Menjaga kelestarian lahan-lahan kritis
  3. Untuk melindungi kerusakan hutan alami akibat penebangan liar (illegal loging)
  4. Untuk mempercepat pembangunan dan memeratakan pembangunan daerah setempat
Namun, beberapa prinsip yang mendasari munculnya pengelolaan hutan maupun lahan untuk Hutan Tanaman Industri tersebut menimbulkan masalah-masalah baru di lingkungan masyarakat khususnya masyarakat setempat. Hal ini terjadi setelah lahan tersebut dikelola dan dikembangkan oleh pengusaha untuk mengembangkan Hutan Tanaman Industri menjadi maju serta produktifitas lahan menjadi tinggi, masyarakat setempat dimana perusahaan itu berada mulai berduyun-duyung mempermasalahkan hal ini yang pada akhirnya akan berdampak terhadap lingkungan masyarakat itu sendiri. Dampak yang timbul di lingkungan masayarakat pada umumnya yaitu :
A. Dampak Sosial Masyarakat
            Dampak sosial yang muncul sangat bervariasi dan beragam diantaranya adalah :
  
Konflik atau sengketa kepemilikan lahan                                                                   
                  Hal ini terjadi karena tidak beresnya tatanan administrasi dan kinerja para aparatur pemerintah mulai dari tingkatan paling bawah hingga ketingkatan tertinggi yang memiliki wewenang untuk mengeluarkan izin usaha. Pengusaha dan masyarakat dalam hal ini tidak dapat disalahkan karena sebelum izin usaha yang dikeluarkan kepada pengusaha telah dilakukan perivikasi atau peninjauan lahan yang akan diberikan kepada pengusaha oleh pejabat pemerintah dari tingkat desa hingga kementerian kehutanan. Yang menjadi pertanyaan besarnya adalah mengapa didalam suatu luasan lahan konsensasi yang diberikan oleh pengusaha terdapat pemukiman penduduk yang tidak terdeteksi sehingga munculnya konflik dan bahkan tak jarang masyarakat yang telah lama mendiami daerah tersebut harus keluar karena izin usaha yang diberikan kepada masyarakat. 
      
     Ketenaga Kerjaan 
    3       Kenapa masalah ini timbul? Bukankah munculnya pengusahaan atas lahan-lahan untuk pengembangan Hutan Tanaman Industri menjanjikan kemakmuran dengan adanya lapangan kerja dan peluang usaha baru? Ya tentu, tapi fakta membuktikan bahwa kondisi ketenaga kerjaan yang ada di negara ini sudah carut marut baik dari peraturan perundang-undangan yang dibuat, kemampuan (skill) calon tenaga kerja, dan terget dunia pendidikan yang tidak pernah sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Lalu dimana letak kesalahannya? Kesalahannya terletak pada para pembuat kebijakan mengapa peraturan tidak perah berpihak kepada masyarakat malahan justru berpihak kepada pengusaha karena di era sekarang sedang trend-trendnya undang-undang atau peraturan-peraturan pesanan.   

           Percepatan Perkembangan Daerah Setempat                                                                  
                    Nyatanya tidak sedikit para pengusaha yang mengabaikan tujuan ini dan hanya mengambil dan menggali potensi yang ada pada daerah tersbut untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa peduli terhadap perkembangan dan kemajuan daerah setempat. Dan tidak sulit untuk mencari fakta bahwa disuatu daerah memiliki dan berkembang sebuah perusahaan pengelola Hutan Tanaman Industri atau perusahaan lainnya tetapi kehidupan masyarakat daerah tersebut sangat memperihatinkan terutama bagi masyarakat asli daerah tersebut. Jangan anda katakan bahwa penduduk atau masyarakat asli daerah tidak memiliki pendidikan dan keterampilan yang sesuai dengan kubutuhan perusahaan karena itu merupakan tanggung jawab anda selaku pengusaha untuk meningkatkan keterampilan dan pendidikannya melalui pelatihan-pelatihan dan cara-cara lainnya Dan masih banyak masalah sosial lainnya yang akan muncul
      B. Dampak Ekonomi
                  Dampak ekonomi akan muncul setelah pengusahaan atas lahan-lahan kritis untuk Hutan Tanaman Industri yang ada telah mengalami perkembangan usaha yang sangat baik. Salah satu dampak positif tersebut karena terjadinya percepatan pembangunan daerah setempat sehingga masyarakat berduyun-duyung bertransmigrasi kedaerah tersebut yang mengakibatkan :
      1.  Munculnya peluang usaha baru
      2.  Muncul lapangan pekerjaan baru
      3.  Peningkatan sarana dan prasarana daerah setempat
      4.  Peningkatan pendapatan penduduk
      Dan tak jarang pula akan menimbulkan dampak ekonomi yang negatif yakni :
      1.  Peningkatan kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin
      2.  Munculnya kelompok-kelompok anggota masyarakat menurut kepentingan dan tujuan mereka
      3. Dan setelah itu timbul masalah keamanan yang tidak terkendali seperti perampokan dan lain sebagainya           
      C. Dampak Ekologi (Lingkungan)
                  Sebagian besar dampak ekologi yang muncul akibat pengembangan Hutan Tanaman Industri bila terkelola dan terorganisir dengan baik dapat diminimalisir karena para pengusaha Hutan Tanaman Industri telah memikirkan dan melakukan program yang telah terperinci dan terencana dalam mengatasi masalah ekologi atau lingkungan. Namun tidak jarang dampak ekologi ini masih terjadi namun sifatnya hanya sebatas lokal. Tetapi tetap saja akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan masyarakat sekitar antara lain :
      1. Pencemaran baik melalui udara, air dan tanah akibat Industri  pengololaan hasil Hutan Tanaman Industri
      2.  Musnahnya beberapa komponen penyusun ekologi akibat penanaman tanaman yang sejenis (Homogen)                                                                                                                                                                                                           

      KATABOLISME (FOTORESPIRASI DAN FERMENTASI)



      By : Nurwansyah
                  Katabolisme adalah reaksi penguraian senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim. Penguraian suatu senyawa dapat menghasilkan energi. Energi berasal dari terlepasnya ikatan-ikatan kimia yang menyusun suatu persenyawaan. Semakin kompleks persenyawaan kimia itu, semakin banyak ikatan kimia yang menyusunnya dan akan semakin besar energi yang dilepaskan. Akan tetapi energi itu tidak dapat digunakan secara langsung oleh sel. Energi tersebut diubah terlebih dahulu menjadi persenyawaan ATP yang dapat digunakan oleh sel sebagai sumber energi terpakai. Contoh katabolisme adalah adalah proses pernapasan sel atau respirasi.
                  Menurut Loveless (1991), Salah satu syarat untuk mempertahankan hidup adalah penyediaan energi yang berkesinambungan. Energi ini diperoleh dengan cara menyerap energi kimia yang terbentuk dalam molekul organik yang disintesis oleh fotosintesis. Proses pelepasan energi yang menyediakan energi bagi keperluan sel itu dikenal dengan istilah proses respirasi. Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi  CO2 , H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi  CO2  sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi  CO2  dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi (Anonim, 2009).
                  Berdasarkan peran oksigen, dikenal dua macam respirasi, yaitu respirasi aerob (Fotorespirasi) dan respirasi anaerob (fermentasi). Umumnya respirasi aerob mempunyai tahap-tahap reaksi, mulai dari awal sampai akhir berturut-turut ialah: glikolisis, pembentukan asetil coenzim A (Asetil CoA), siklus krebs dan sistem transport elektron (Soedirokoesoemo, 1993).
      I. FOTORESPIRASI
                  Fotorespirasi merupakan bentuk lain dari respirasi pada tumbuhan. Fotorespirasi adalah proses perombakan karbohidrat dalam tubuh tumbuhan dengan pemanfaatan  CO2  dan O2 dengan bantuan panas matahari untuk menghasilkan energi dengan rumus kimia C6H1206 - C02 + H20 + energi
                  Menurut Soedirokoesoemo (1993), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap laju respirasi dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu:
      1. Faktor dalam (faktor internal), terdiri atas:
      a.       Faktor protoplasmik
      Laju respirasi sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas dari protoplasma yang ada di dalam sel. Kuantitas dan kualitas protoplasma di dalam sel sangat bergantung kepada umur sel
      b.      Konsentrasi substrat respirasi tersedia
      Laju respirasi sangat tergantung pada konsentrasi substrat respirasi yang tersedia. Semakin banyak substrat respirasi yang tersedia di dalam sel semakin cepat laju respirasinya.
      2. Faktor luar (faktor eksternal), terdiri atas:
      a. Temperatur
      b. Cahaya
      c. Konsentrasi oksigen di udara
      d. Konsentrasi karbondioksida
      e.  Tersedianya air
      f. Luka
      g. Beberapa senyawa kimia
      h. Perlakuan mekanik
                  Proses fotorespirasi hanya terjadi pada stroma dari kloroplas, dan didukung oleh peroksisom dan mitokondria. Secara biokimia, proses fotorespirasi merupakan cabang dari jalur glikolat. Enzim utama yang terlibat adalah enzim yang sama dalam proses reaksi gelap fotosintesis, Rubisco (ribulosa-bifosfat karboksilase-oksigenase). Rubisco memiliki dua sisi aktif yaitu sisi karboksilase yang aktif pada fotosintesis dan sisi oksigenase yang aktif pada fotorespirasi. Kedua proses yang terjadi pada stroma ini juga memerlukan substrat yang sama, ribulosa bifosfat (RuBP), dan juga dipengaruhi secara positif oleh konsentrasi ion Magnesium dan derajat keasaman (pH) sel. Perbedaan antara fotorespirasi dan respirasi gelap terletak pada tanggapannya terhadap O2. Dalam hal ini, respirasi gelap telah mencapai kejenuhan pada kadar O2 sebesar 2%. Sedangkan fotorespirasi kecepatannya akan terus meningkat sesuai dengan meningkatnya kadar O2 sampai mencapai kadar O2 atmosfir.
                  Berdasarkan proses terjadinya respirasi, tanaman dikelompokkan kedalam dua golongan yaitu tanaman C3 dan tanaman C4. Perbedaan fotorespirasi kedua golongan tanaman ini adalah :
      Tanaman C4
      Tanaman C3
       CO2  difiksasi oleh PEP yang dikatalisis oleh PEP karboksilase asam beratom c 4 yang disebut asam oksaloasetat
       CO2  difiksasi oleh RuBP yang dikatalisis oleh enzim RubisCO membentuk atom c3 yang disebut asam 3-fosfoglisetat
      Energi yang digunakan untuk mengikat  CO2  sedikit
      Energi yang digunakan untuk mengikat  CO2  banyak
      Fotorespirasi rendah
      Fotorespirasi tinggi
      Reaksi  CO2  nya ada dua tingkat yaitu :
      - siklus asam dikarboksilasi
      - siklus celvin (reduksi fentosa fosfat)
      Reaksi  CO2  nya hanya satu tingkat raitu siklus celvin
      Titik kompensasi  CO2  7,1 - 10 ppm
      Titik kompensasi  CO2  50 - 150 ppm
      Pada tanaman golongan C3 fotorespirasi merupakan proses penghasil energi yang sangat dominan sedangkan pada tanaman C4 fotorespirasi sangat dihindari karena merupakan suatu proses yang membuang atau pemborosan energi. Walaupun demikian fotorespirasi tetap memiliki peran penting bagi pertumbuhan tanaman sebagai proses pendauran ulang CO2 dan NH3yang akan digunakan dalam fotosintesis. 
      Fungsi fotorespirasi bagi tanaman yaitu :
      1.      Penghasil energi alternatif bagi pertumbuhan tanaman
      2.      Penghasil asam amino (serin dan gliserin) meskipun masih diperdebatkan kebenarannya
      3.      Menyediakan Karbon dioksida (CO2) yang diperlukan untuk mengubah cahaya matahari atau gelombang cahaya matahari sehingga dapat digunakan dalam fotorespirasi. Dengan adanya CO2 maka akan terjadinya ikatan-ikatan dan penguraian zat-zat yang membantu dalam fotorespirasi untuk menghasilkan energi
      4.      Mengasimilasi CO2 dan NH3 sebelum digunakan pada proses fotosintesis
      II. FERMENTASI
                  Fermentasi adalah proses penghasil energi utama dari berbagai mikroorganisme an-aeorob yang merupakan respirasi tanaman tanpa melibatkan oksigen. Mikroba yang membantu fermentasi Ada 3 golongan yaitu :
      ü  Golongan Bakteri : streptococcu thermophilus, lactobacillus lactis, homofermenters, heterofermenters
      ü  Golongan Kapang : aspergillus sp, rhizopus sp
      ü  Golongan Khamir : zygoaccharomycete
                  Reaksi keseluruhan fermentasi adalah: C6H12O6 (glukosa) 2CH3−CH2OH (etanol) + 2CO3 (karbohidrat) Ini berarti, satu molekul glukosa diubah menjadi dua molekul etanol dan dua molekul karbondioksida. Secara lebih rinci mengenai fermentasi yang berlangsung pada tumbuhan hidup dapat ditelusuri pada publikasi-publikasi yang berhubungan dengan tanggapan tanaman terhadap kondisi hipoksida atau anoksida, baik yang terjadi secara alami, misalnya karena penggenangan atau yang dirancang untuk penelitian dengan menggunakan gas nitrogen sebagai pengganti udara normal untuk menjamin ketersediaan oksigen (Lakitan, 2007).
      Macam-macam hasil fermentasi yaitu :
      1. Asam Laktat
                  Suatu proses fermentasi yang mengubah glukosa menjadi asam piruvat dengan bantuan enzim melalui proses glikolisis yang selanjutnya asam piruvat akan dihidroginase oleh NADH mejadi asam laktat. Adapun reaksinya yaitu :
      C6H1206 – 2 C2H30C00H + ENZIM + 2 NADH2 -> 2 C2H50COOH + 2 NAD
      2. Alkohol (Etanol)
                  Fermentasi yang merubah glukosa sederhana menjadi asam piruvat melalui glikolisis, kemudian asam piruvat mengalami dekarbeksilasi menjadi asetaldehit, selanjutnya asetaldehid dihidrogenase oleh karbon dioksida  menjadi alkohol (etanol).
      C6H1206 – 2 C2H30COOH – CH3CH0 + CO2  -> 2 C2H50H + 2 NADH2
      3. Asam Cuka
                  Proses fermentasi gula dengan bantuan alkohol sebagai subtratnya maka dihasilkan asam cuka
      C6H1206 + 2 C2H5OH -> 2 CH3C00H + H20
      Referensi :
      Diolah dari berbagai sumber

      bagaimana pendapat anda mengenai blog ini?