Jumat, 25 November 2011

DAMPAK PENGEMBANGAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI LINGKUNGAN MASYARAKAT




Hutan Tanaman Industri merupakan salah satu cara pengelolaan hutan dan lahan-lahan kritis (rusak/marginal) dengan penerapan ilmu SILVIKA untuk meningkatkan produktivitas lahan atau hutan yang tidak produktif dengan tanaman-tanaman kayu sebagai bahan baku industri. Pengelolaan Hutan Tanaman Industri juga merupakan salah satu bagian dari pengelolaan lahan secara Agroforestry. Pengelolaan hutan tanaman industri atau lebih dikenal dengan HTI di Indonesia muncul berdasarkan beberapa prinsip yaitu :
  1.   Untuk memanfaatkan lahan-lahan kritis sehingga tidak terbengkalai dan kesuburan tanahnya dapat dikembalikah atau dipulihkan menjadi lahan yang produktif
  2.  Menjaga kelestarian lahan-lahan kritis
  3. Untuk melindungi kerusakan hutan alami akibat penebangan liar (illegal loging)
  4. Untuk mempercepat pembangunan dan memeratakan pembangunan daerah setempat
Namun, beberapa prinsip yang mendasari munculnya pengelolaan hutan maupun lahan untuk Hutan Tanaman Industri tersebut menimbulkan masalah-masalah baru di lingkungan masyarakat khususnya masyarakat setempat. Hal ini terjadi setelah lahan tersebut dikelola dan dikembangkan oleh pengusaha untuk mengembangkan Hutan Tanaman Industri menjadi maju serta produktifitas lahan menjadi tinggi, masyarakat setempat dimana perusahaan itu berada mulai berduyun-duyung mempermasalahkan hal ini yang pada akhirnya akan berdampak terhadap lingkungan masyarakat itu sendiri. Dampak yang timbul di lingkungan masayarakat pada umumnya yaitu :
A. Dampak Sosial Masyarakat
            Dampak sosial yang muncul sangat bervariasi dan beragam diantaranya adalah :
  
Konflik atau sengketa kepemilikan lahan                                                                   
                  Hal ini terjadi karena tidak beresnya tatanan administrasi dan kinerja para aparatur pemerintah mulai dari tingkatan paling bawah hingga ketingkatan tertinggi yang memiliki wewenang untuk mengeluarkan izin usaha. Pengusaha dan masyarakat dalam hal ini tidak dapat disalahkan karena sebelum izin usaha yang dikeluarkan kepada pengusaha telah dilakukan perivikasi atau peninjauan lahan yang akan diberikan kepada pengusaha oleh pejabat pemerintah dari tingkat desa hingga kementerian kehutanan. Yang menjadi pertanyaan besarnya adalah mengapa didalam suatu luasan lahan konsensasi yang diberikan oleh pengusaha terdapat pemukiman penduduk yang tidak terdeteksi sehingga munculnya konflik dan bahkan tak jarang masyarakat yang telah lama mendiami daerah tersebut harus keluar karena izin usaha yang diberikan kepada masyarakat. 
      
     Ketenaga Kerjaan 
    3       Kenapa masalah ini timbul? Bukankah munculnya pengusahaan atas lahan-lahan untuk pengembangan Hutan Tanaman Industri menjanjikan kemakmuran dengan adanya lapangan kerja dan peluang usaha baru? Ya tentu, tapi fakta membuktikan bahwa kondisi ketenaga kerjaan yang ada di negara ini sudah carut marut baik dari peraturan perundang-undangan yang dibuat, kemampuan (skill) calon tenaga kerja, dan terget dunia pendidikan yang tidak pernah sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Lalu dimana letak kesalahannya? Kesalahannya terletak pada para pembuat kebijakan mengapa peraturan tidak perah berpihak kepada masyarakat malahan justru berpihak kepada pengusaha karena di era sekarang sedang trend-trendnya undang-undang atau peraturan-peraturan pesanan.   

           Percepatan Perkembangan Daerah Setempat                                                                  
                    Nyatanya tidak sedikit para pengusaha yang mengabaikan tujuan ini dan hanya mengambil dan menggali potensi yang ada pada daerah tersbut untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa peduli terhadap perkembangan dan kemajuan daerah setempat. Dan tidak sulit untuk mencari fakta bahwa disuatu daerah memiliki dan berkembang sebuah perusahaan pengelola Hutan Tanaman Industri atau perusahaan lainnya tetapi kehidupan masyarakat daerah tersebut sangat memperihatinkan terutama bagi masyarakat asli daerah tersebut. Jangan anda katakan bahwa penduduk atau masyarakat asli daerah tidak memiliki pendidikan dan keterampilan yang sesuai dengan kubutuhan perusahaan karena itu merupakan tanggung jawab anda selaku pengusaha untuk meningkatkan keterampilan dan pendidikannya melalui pelatihan-pelatihan dan cara-cara lainnya Dan masih banyak masalah sosial lainnya yang akan muncul
      B. Dampak Ekonomi
                  Dampak ekonomi akan muncul setelah pengusahaan atas lahan-lahan kritis untuk Hutan Tanaman Industri yang ada telah mengalami perkembangan usaha yang sangat baik. Salah satu dampak positif tersebut karena terjadinya percepatan pembangunan daerah setempat sehingga masyarakat berduyun-duyung bertransmigrasi kedaerah tersebut yang mengakibatkan :
      1.  Munculnya peluang usaha baru
      2.  Muncul lapangan pekerjaan baru
      3.  Peningkatan sarana dan prasarana daerah setempat
      4.  Peningkatan pendapatan penduduk
      Dan tak jarang pula akan menimbulkan dampak ekonomi yang negatif yakni :
      1.  Peningkatan kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin
      2.  Munculnya kelompok-kelompok anggota masyarakat menurut kepentingan dan tujuan mereka
      3. Dan setelah itu timbul masalah keamanan yang tidak terkendali seperti perampokan dan lain sebagainya           
      C. Dampak Ekologi (Lingkungan)
                  Sebagian besar dampak ekologi yang muncul akibat pengembangan Hutan Tanaman Industri bila terkelola dan terorganisir dengan baik dapat diminimalisir karena para pengusaha Hutan Tanaman Industri telah memikirkan dan melakukan program yang telah terperinci dan terencana dalam mengatasi masalah ekologi atau lingkungan. Namun tidak jarang dampak ekologi ini masih terjadi namun sifatnya hanya sebatas lokal. Tetapi tetap saja akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan masyarakat sekitar antara lain :
      1. Pencemaran baik melalui udara, air dan tanah akibat Industri  pengololaan hasil Hutan Tanaman Industri
      2.  Musnahnya beberapa komponen penyusun ekologi akibat penanaman tanaman yang sejenis (Homogen)                                                                                                                                                                                                           

      KATABOLISME (FOTORESPIRASI DAN FERMENTASI)



      By : Nurwansyah
                  Katabolisme adalah reaksi penguraian senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim. Penguraian suatu senyawa dapat menghasilkan energi. Energi berasal dari terlepasnya ikatan-ikatan kimia yang menyusun suatu persenyawaan. Semakin kompleks persenyawaan kimia itu, semakin banyak ikatan kimia yang menyusunnya dan akan semakin besar energi yang dilepaskan. Akan tetapi energi itu tidak dapat digunakan secara langsung oleh sel. Energi tersebut diubah terlebih dahulu menjadi persenyawaan ATP yang dapat digunakan oleh sel sebagai sumber energi terpakai. Contoh katabolisme adalah adalah proses pernapasan sel atau respirasi.
                  Menurut Loveless (1991), Salah satu syarat untuk mempertahankan hidup adalah penyediaan energi yang berkesinambungan. Energi ini diperoleh dengan cara menyerap energi kimia yang terbentuk dalam molekul organik yang disintesis oleh fotosintesis. Proses pelepasan energi yang menyediakan energi bagi keperluan sel itu dikenal dengan istilah proses respirasi. Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi  CO2 , H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi  CO2  sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi  CO2  dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi (Anonim, 2009).
                  Berdasarkan peran oksigen, dikenal dua macam respirasi, yaitu respirasi aerob (Fotorespirasi) dan respirasi anaerob (fermentasi). Umumnya respirasi aerob mempunyai tahap-tahap reaksi, mulai dari awal sampai akhir berturut-turut ialah: glikolisis, pembentukan asetil coenzim A (Asetil CoA), siklus krebs dan sistem transport elektron (Soedirokoesoemo, 1993).
      I. FOTORESPIRASI
                  Fotorespirasi merupakan bentuk lain dari respirasi pada tumbuhan. Fotorespirasi adalah proses perombakan karbohidrat dalam tubuh tumbuhan dengan pemanfaatan  CO2  dan O2 dengan bantuan panas matahari untuk menghasilkan energi dengan rumus kimia C6H1206 - C02 + H20 + energi
                  Menurut Soedirokoesoemo (1993), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap laju respirasi dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu:
      1. Faktor dalam (faktor internal), terdiri atas:
      a.       Faktor protoplasmik
      Laju respirasi sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas dari protoplasma yang ada di dalam sel. Kuantitas dan kualitas protoplasma di dalam sel sangat bergantung kepada umur sel
      b.      Konsentrasi substrat respirasi tersedia
      Laju respirasi sangat tergantung pada konsentrasi substrat respirasi yang tersedia. Semakin banyak substrat respirasi yang tersedia di dalam sel semakin cepat laju respirasinya.
      2. Faktor luar (faktor eksternal), terdiri atas:
      a. Temperatur
      b. Cahaya
      c. Konsentrasi oksigen di udara
      d. Konsentrasi karbondioksida
      e.  Tersedianya air
      f. Luka
      g. Beberapa senyawa kimia
      h. Perlakuan mekanik
                  Proses fotorespirasi hanya terjadi pada stroma dari kloroplas, dan didukung oleh peroksisom dan mitokondria. Secara biokimia, proses fotorespirasi merupakan cabang dari jalur glikolat. Enzim utama yang terlibat adalah enzim yang sama dalam proses reaksi gelap fotosintesis, Rubisco (ribulosa-bifosfat karboksilase-oksigenase). Rubisco memiliki dua sisi aktif yaitu sisi karboksilase yang aktif pada fotosintesis dan sisi oksigenase yang aktif pada fotorespirasi. Kedua proses yang terjadi pada stroma ini juga memerlukan substrat yang sama, ribulosa bifosfat (RuBP), dan juga dipengaruhi secara positif oleh konsentrasi ion Magnesium dan derajat keasaman (pH) sel. Perbedaan antara fotorespirasi dan respirasi gelap terletak pada tanggapannya terhadap O2. Dalam hal ini, respirasi gelap telah mencapai kejenuhan pada kadar O2 sebesar 2%. Sedangkan fotorespirasi kecepatannya akan terus meningkat sesuai dengan meningkatnya kadar O2 sampai mencapai kadar O2 atmosfir.
                  Berdasarkan proses terjadinya respirasi, tanaman dikelompokkan kedalam dua golongan yaitu tanaman C3 dan tanaman C4. Perbedaan fotorespirasi kedua golongan tanaman ini adalah :
      Tanaman C4
      Tanaman C3
       CO2  difiksasi oleh PEP yang dikatalisis oleh PEP karboksilase asam beratom c 4 yang disebut asam oksaloasetat
       CO2  difiksasi oleh RuBP yang dikatalisis oleh enzim RubisCO membentuk atom c3 yang disebut asam 3-fosfoglisetat
      Energi yang digunakan untuk mengikat  CO2  sedikit
      Energi yang digunakan untuk mengikat  CO2  banyak
      Fotorespirasi rendah
      Fotorespirasi tinggi
      Reaksi  CO2  nya ada dua tingkat yaitu :
      - siklus asam dikarboksilasi
      - siklus celvin (reduksi fentosa fosfat)
      Reaksi  CO2  nya hanya satu tingkat raitu siklus celvin
      Titik kompensasi  CO2  7,1 - 10 ppm
      Titik kompensasi  CO2  50 - 150 ppm
      Pada tanaman golongan C3 fotorespirasi merupakan proses penghasil energi yang sangat dominan sedangkan pada tanaman C4 fotorespirasi sangat dihindari karena merupakan suatu proses yang membuang atau pemborosan energi. Walaupun demikian fotorespirasi tetap memiliki peran penting bagi pertumbuhan tanaman sebagai proses pendauran ulang CO2 dan NH3yang akan digunakan dalam fotosintesis. 
      Fungsi fotorespirasi bagi tanaman yaitu :
      1.      Penghasil energi alternatif bagi pertumbuhan tanaman
      2.      Penghasil asam amino (serin dan gliserin) meskipun masih diperdebatkan kebenarannya
      3.      Menyediakan Karbon dioksida (CO2) yang diperlukan untuk mengubah cahaya matahari atau gelombang cahaya matahari sehingga dapat digunakan dalam fotorespirasi. Dengan adanya CO2 maka akan terjadinya ikatan-ikatan dan penguraian zat-zat yang membantu dalam fotorespirasi untuk menghasilkan energi
      4.      Mengasimilasi CO2 dan NH3 sebelum digunakan pada proses fotosintesis
      II. FERMENTASI
                  Fermentasi adalah proses penghasil energi utama dari berbagai mikroorganisme an-aeorob yang merupakan respirasi tanaman tanpa melibatkan oksigen. Mikroba yang membantu fermentasi Ada 3 golongan yaitu :
      ü  Golongan Bakteri : streptococcu thermophilus, lactobacillus lactis, homofermenters, heterofermenters
      ü  Golongan Kapang : aspergillus sp, rhizopus sp
      ü  Golongan Khamir : zygoaccharomycete
                  Reaksi keseluruhan fermentasi adalah: C6H12O6 (glukosa) 2CH3−CH2OH (etanol) + 2CO3 (karbohidrat) Ini berarti, satu molekul glukosa diubah menjadi dua molekul etanol dan dua molekul karbondioksida. Secara lebih rinci mengenai fermentasi yang berlangsung pada tumbuhan hidup dapat ditelusuri pada publikasi-publikasi yang berhubungan dengan tanggapan tanaman terhadap kondisi hipoksida atau anoksida, baik yang terjadi secara alami, misalnya karena penggenangan atau yang dirancang untuk penelitian dengan menggunakan gas nitrogen sebagai pengganti udara normal untuk menjamin ketersediaan oksigen (Lakitan, 2007).
      Macam-macam hasil fermentasi yaitu :
      1. Asam Laktat
                  Suatu proses fermentasi yang mengubah glukosa menjadi asam piruvat dengan bantuan enzim melalui proses glikolisis yang selanjutnya asam piruvat akan dihidroginase oleh NADH mejadi asam laktat. Adapun reaksinya yaitu :
      C6H1206 – 2 C2H30C00H + ENZIM + 2 NADH2 -> 2 C2H50COOH + 2 NAD
      2. Alkohol (Etanol)
                  Fermentasi yang merubah glukosa sederhana menjadi asam piruvat melalui glikolisis, kemudian asam piruvat mengalami dekarbeksilasi menjadi asetaldehit, selanjutnya asetaldehid dihidrogenase oleh karbon dioksida  menjadi alkohol (etanol).
      C6H1206 – 2 C2H30COOH – CH3CH0 + CO2  -> 2 C2H50H + 2 NADH2
      3. Asam Cuka
                  Proses fermentasi gula dengan bantuan alkohol sebagai subtratnya maka dihasilkan asam cuka
      C6H1206 + 2 C2H5OH -> 2 CH3C00H + H20
      Referensi :
      Diolah dari berbagai sumber

      bagaimana pendapat anda mengenai blog ini?