Selasa, 10 Mei 2011

PRINSIP-PRINSIP DASAR & METODOLOGI PENGENDALIAN GULMA SECARA HAYATI v


Pengendalian Hayati Gulma (PHG) didasarkan kepada 2 prinsip utama
1.      Banyak organisma yang mampu menghambat suksesnya suatu tanaman
2.      Banyak spesies organism yang memiliki kisaran inang yang terbatas.
Dengan manipulasi yang cermat dan hati-hati, organism yang memiliki kekhususan inang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan gulma tertentu.
v  Tahapan pengkajian PHG adalah sebagai berikut:
Ù  M enentukan apakah gulma tertentu sesuai untuk PH
Ù  Penentuan agen PH yang sesuai
Ù  Pengujian keamanan dari agen yang berpotensi
Ù  Pengujian kemapanan dari agen PH di lapang
Ù  Pemeliharaan biakan agen PH
Ù  Uji efikasi agen PH
v  I.  M enentukan apakah gulma tertentu sesuai untuk PH
Ù  Dikarenakan definisi dan status gulma yang bersifat subjektif, maka sebelum pengembangan suatu program PHG, maka status gulma yang akan dikendalikan harus dinyatakan dengan jelas untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest).
Ù  Informasi mendasar yang harus diperoleh mengenai gulma target meliputi:
a)      Posisi taksonomi, biologi, ekologi, dan kepentingannya secara ekonomis.
·        Semakin dekat hubungan taksonomi antara gulma dengan tanaman yang bernilai ekonomis, semakin sulit mencari jasad/agen pengendali hayati yang tidak akan mengancam tanaman budidaya 
b)      Daerah asal dan penyebarannya
·        Menunjukkan sumber-sumber yang mungkin untuk mendapatkan agen/jasad pengendai hayati
c)      Kehadiran atau keberadaan spesies yang berdekatan
d)      Literature dari musuh alaminya.
·        Pengetahuan mengenai keberadaan spesies yang berdekatan dan kajian literature mempercepat pencarian (screening) awal dari jasad pengendali hayati.
Ù  PHG sesuai untuk menurunkan kepadatan dari:
a)      Gulma agresif yang bersifat tunggal (dominan)
b)      Gulma asing
c)      Gulma yang tidak berkaitan erat dengan spesies ekonomis
d)      Gulma dari lahan yang tidak dibudidayakan
v  II. Penentuan agen PH yang sesuai
Ù  Sumber terbaik dari JPH adalah daerah asal atau pusat penyebaran dari tumbuhan target.
Ù  Kriteria pemilihan meliputi:
a)      Efektif
b)      Kisaran inang sempit
c)      Mampu berbiak pada gulma target
v  III. Pengujian keamanan dari agen yang berpotensi
Ù  Pengujian spesifikasi inang pada tanaman-tanaman yang dipilih adalah mutlak untuk memastikan bahwa JPH tidak merupakan ancaman bagi tanaman ekonomis,  Satu seri tanaman yang mewakili sejumlah family dan genus harus diuji.
Ù  Pengujian spesifikasi inang terdiri dari 2 kategori:
a)      Penerimaan tanaman inang; yaitu untuk menentukan apakah serangga makan dan meletakkan telur pada tanaman uji.
b)      Kesesuaian tanaman inang; yaitu untuk memastikan apakah makan pada tanaman inang tertentu menyebabkan oogenesis dan apakah tanaman inang dapat mendukung perkembangan serangga
v  IV. Pengujian kemapanan dari agen PH di lapang
Ù  Begitu suatu musuh alami telah disetujui  untuk dimanfaatkan sebagai jph, organism tersebut haruslah mampu hidup dan berkembang (mapan) di areal-areal dengan intensitas inang yang tinggi,
Ù  Usaha-usaha untuk memapankan JPH tersebut dilakukan dengan melepaskan pada habitat-habitat yang beragam untuk menentukan kemampuan dari agen tersebut untuk beradaptasi pada lingkungan yang baru dari inangnya.
Ù  Pelepasan ulangan mungkin diperlukan untuk memastikan kemapanan dan perbanyakan JPH.
Ù  Untuk meningkatkan kemapanan, pengaturan yang tepat dan jumlah pelepasan yang optimum serta kondisi yang paling menguntungkan untuk survival harus dipastikan.
Ù  Selama beberapa tahun, monitoring (pemantauan) harus dilakukan terhadap besar populasi dan tingkat kerusakan.
Ù  Jika populasi mengecil, factor-faktor yang bertanggungjawab harus diperhitungkan untuk memutuskan apakah pelepasan berikutnya diperlukan atau tempat tertentu diabaikan saja.
Ù  Jika JPH telah mampu berkembang dan menyebar, efikasi dari pengendalian gulma ini mestilah dievaluasi.
v  V.  Pemeliharaan biakan agen PH
Ù  Pengaturan waktu pelepasan untuk sinkron dengan kelimpahan tumbuhan inang adalah penting untuk kolonisasi dan kemapanan JPH.
Ù  Biakan JPH harus tetap dijaga untuk memastikan ketersediaan jumlah yang memadai sebagai stok.  Hal ini dapat dilakukan dengan pembiakan missal di laboratorium.
v  VI. Uji efikasi agen PH
Ù  Dalam mengevaluasi hasil, tingkat penurunan populasi gulma dan penggantian vegetasi harus diperhatikan.
Ù  Diperlukan suatu ukuran yang dapat diandalkan untuk membandingkan tingkat kelimpahan gulma dan komposisi relative sebelum dan setelah perlakuan.
Bukti bahwa jasad yang diintroduksikan telah menyebabkan perubahan baik langsung maupun tidak langsung haruslah diperkuat dengan perlakuan control dan dokumentasi lain.

Tidak ada komentar:

bagaimana pendapat anda mengenai blog ini?